Bengkel Karya SMART

Jumat, 19 September 2008
Karya di bawah ini adalah tulisan salah seorang peserta SMART. Tulisan ini kami posting di sini agar dikoreksi dan dikomentari oleh kawan-kawan semua anggota SMART. Untuk itu kami hanya memasukkan tulisan ini apa adanya (tanpa edit) sebagaimana file yang kami terima dari penulis. So, silahkan bagi kawan-kawan semua untuk membengkelnya...!

Pagi Yang Mengharankan
By : Didi suardi

pagi yang sunyi, sang surya keluar dari balik selimut awan, sinar mataharinya yang khas begitu menyentuh lapisan permukaan kulit, ku lirikkan bola mataku ke arah jam dinding yang menempel di tembok samping, ternyata jam sudah menujukan pukul 07:00 pagi.

teng...teng..brug!
Suara-suara itu terdengar kembali di balik pintu tua yang sudah lama tidak di huni, letaknya pas berada didepan platku, aku merasa ada keanehan di plat itu, setiap aku mendengarnya bulu romaku berdiri, tapi aku tak pernah menghiraukanya.

"mungkin itu hanya suara benda jatuh saja" gundamku dalam hati

Aku pun meneruskan aktifitasku, dengan segelas susu panas dan sebotol air putih yang senagja ku siapakan untuk menemani pagiku.


Pagi hari adalah waktu yang sangat cocok bagiku tuk sekedar membaca, menulis maupun mengulang hapalan. disamping suasananya yang tenang, tentram juga sang surya mulai menampakan wujud sinarnya menerangi jagat raya, yang kadang dengan ke elokan sinarnya mampu memberikan imajinasi-imajinasi baru.

Tak terasa waktu sudah menujukan pukul 12:03 siang. aku baru ingat klo aku punya janji sama seseorang, ku langkah kan kaki tuk segera bersiap-siap.

Lagi-lagi terjadi keanehan saat aku keluar dari platku, pintu yang berhadapan dengan pintu platku, tamapaknya sedikit terbuka, aku benar-benar semakin merinding dibuatnya.

"buakannya plet ini kosong, kenapa pintunya terbuaka", "bagaimana bisa pintunya terbuka sendiri, pintu ini kan sudah lama ditutup dan tak seorangpun dapat membukanya, sedangakan pemilik rumahnya pun kini tak tau dimana keberadaannya, tampaknya plat ini sudah lama tidak dihuni" bisiku dalam hati dengan penuh keheran diselain rasa keganjilan.

Aku tak mau berpikir panjang, yang sampei menghabiskan waktu terlalu lama, kukira ini hanya sugesti dan perasaanku saja yang terlalu mendramatisir keadaan, karena mungkin tadi malem aku dan teman-teman nonton film pocong sampei larut.

Ku langkahkan kaki menuju lantai bawah, maka sampailah di gerbang imarah, sesampainya di bawah ternayta gerbangnya dikunci dan aku lupa membawa kuncinya, maka dengan sedikit terpaksa aku harus mangambil kunci terlebih dahulu. saat ku menginjakan kaki pada deretan tangga paling akhir, dengan tak senagaja aku melihat seorang nenek tua berambut panjang, susunan rambutnya tidak teratur alias acak-acakan memasuki plet itu.

Kini yang merinding bukan hanya bulu ramaku, tapi seluruh bulu-bulu permukaan kulit tanggan dan kakiku ikut berdiri, aku memang termasuk orang yang penakut, sejak kecil aku selalu ikut bapak kemana iya pergi, bahkan ketika bapaku membersihakan rumah nenek yang sudah lama tidak dihuni, aku pun ikut bersamanya, walau hanya sekedar duduk menemaninya.

Waktu itu, aku kebelet ingin pipis, saat ku masuk kamar mandi, aku meliat sesosok wanita berpakaian serba putih, rambut yang tak terurus persis seperti gelandangan (maaf) dipinggir jalan yang sedang duduk di sopa tua. setapak demi setapak ku langkahkan kaki tuk menhampirinya, saat ku mendekat, ia pun memalingkan wajahnya, aku terkejut dan lari terbirit-terbirit.

"bapaaak!... bapaaak!..." aku berteriak

ku lihat bapakku sudah tidak ada ditempat, aku semakin ketakutan, aku berlari ke halaman, sambil berteriak " bapaaak! bapaaak! dimana? aku takut pak, aku takuuut, takut sekali.

ketika ku sampai di rumah tapi ternyata bapakku tidak, lalu ku betanya pada ibu.

"ibu bapak mana, bapak sudah pulang belum?"
"loh buakanya tadi sama Dido pergi ke rumah nenek" ibuku balik bertanya.
iya bu tadi sama dido, tapi...?"
tapi apa? ibuku pertanya denagn sedikit heran. "hmm tapi apa?"
tidak bu, tidak apa-apa?
ya sudah klo gitu, cuci kaki, cuci tangan, kemudian kita makan banreng-bareng, ibu selseseikan dulu jemurannya ya?
"iya bu"

saatku selesei mencuci, aku melihat bapakku sudah duduk di kursi meja makan.

kami pun makan bersama, bapaku meliriku kemudian bertanya " dido ada apa? ko makannya gak besemangat", "makanannya tidak enak ya?" ibuku menambahkan
"engga bu, engga pa" dido cuma lagi ga enak badan.

"pak, dido boleh bertanya sesuatu?"
"boleh, tentang apa?"
"euu... tentang, eu... rumah itu pak"
"emang ada pa dengan rumah itu" bapaku balik bertanya
"eu... tadi dido kan mau masuk kamar mandi, dido liat ada seseorang di kamar sebelah, terus ya dido masuk, pas dido liat, ada seorang perempuan tua, wajahnya sudah rusak sereeem sekali, sampei dido lari terbirit"

"oh...pantesan tadi bapak liat dido lari sambil berteriak, bapak waktu itu lagi beli paku ke warung, pas bapak liat dido sudah lari jauh" jelas bapakku

"iya rumah itu sudah lama tidak dihuni, kurang lebih hampir lima tahun rumah itu kosaong, kemudian nenek mewariskannya kepada paman, tapi paman menolak dia lebih memilih sepetak tanah di lorong bukit sana, katanya mau tanamin singkong, dengan sedikit berat hati bapakpun mensetujuinya, nah sekarang bapak pingin rumah itu ada yang menempati"

"terus sosok permepuan tua itu siapa pak" aku bertanya kembali

bapaku menjawab "oh wanita itu ibu hamidah tetangga sebelah yang letak rumah tidak jauh dari situ, bapak ga sempat bilang kalo bu hamidah yang sudah berumur tua itu mau membantu kita untuk membersikan rumah, bu hamidah yang sejak dari pagi membersihkan rumah itu, ya... mungkin terlalu capek akhirnya ia beristirat kemudian tertidur.

sejak kejdian itu, aku mulai teroma, klo melihat sososok perempuan tua dengan rambut acak-acakan, walaupu itu bukan keyataan, tapi sampai dengan detik ini wajah-wajah itu selalu mengahntui dan membayangiku.

saat ku mengambil kunci, telpon rumah yang yang terletak di ruangan tengah pun berdering.

"hallo, assalamualaikum" suara terdengar dari gagang terlepon
"iya, waalaikum salam" jawabku
"didonya ada ustad?"
"iya saya sendiri, saya dido" jawabku
tadi ada pesan dari koord pembinaan intelektual katanya "diskusi kali ini di undur besok sore jam 15.00, atas perubahan ini kami mohon maaf"
" sama-sama, oke kalau gitu terima kasih ya" ucapku
"asalamualaikum"
"walaikumsalam"

dengan diundurnya jadwal diskusi, aku pikir lebih baik menerukan aktipitasku untuk menghatamkan buku cerita yang tinggal beberapa lembar lagi, dengan perasaan yang masih di banyangi ke ganjilan tadi pagi. Terbesit di pikiranku tuk menayakan hal ini pada senior, tapi semuanya pada tertidur.

“Ting nong… ting nong… ting nong…” suara bel berbunyi

Lalu aku membuka pintu, kebetulan ternyata yang datang itu bang rubi senior yang sudah tinngal lama di rumah ini, ini kesempatanku yang sangat pas untuk menanyakan hal ini.

“Emm.. bang, boleh bertanya sesuatu?” ku bertanya dengan nada sedikit gugup.
“Boleh, ada apa emangnya?”
“Tentang plet depan, bang”
“Dengan singakat ku ceritakan semuanya kejadian tadi pagi, sampai dengan sesosok perempuan tua yang berpenampilan aneh.”

Setelah mendengarkan penjelasan dari bang rubi aku baru tau klo rumah itu, memang baru saja di buka oleh tuan rumannya, dia menyuruh ibu rohmah dan amu hamid untuk membersihkan, walaupun mereka berdua sudah sangat tua tapi semangat untuk bekerjanya masih bisa diandalkan malah anak muda sekarang kalah lebih telaten dibanding mereka.

Game’ 15 agustus 2008. 09.12

0 komentar: