Bengkel Karya SMART

Kamis, 25 September 2008
Ksatria Greystone [Bag. 2]

Intrik di Menara Jingga
Oleh: Abid Abdul Mun'im

Dihempaskannya meja saji dihadapannya, pemimpin klan Subterranean Termite berbadan kekar itu murka bukan kepalang. Kepala bulatnya seperti helm para Globullar[1] menanduk-nanduk apa saja dalam jangkauannya. Sekarang pandangannya tertuju pada Bellickosus. Penglima yang membawahi duaratus ribu Elite Nasute[2] itu mundur selangkah, tersenyum kecut. Sambil menelan ludah ia bermaksud menjelaskan keadaan dan situasi peperangan, namun sang tuan lebih dulu memotong kalimatnya.

“Akupun membaca berita!” Potong sang pemimpin bernada berang. “Aku sama sekali tak butuh laporan kondisi pasukanmu atau kerugian pihak musuh. Aku hanya menginginkan hasil kemenangan, titik!”

“Siap, Lord Nassutz!” jawabnya tegas.
Bentakan Nassutz Termitius kepada jenderal favoritnya membuat seisi arena koloseum mendadak sunyi, erangan para gladiator yang sedari tadi bergumul itu terhenti. Hanya dentingan gelas-gelas pelayan yang gemetaran memegang talam berani ‘protes’ pada sang tuan.

Ia memang berhak geram, keseriusannya menonton gulat para Stag Beetles[3] terganggu dengan kedatangan berita tidak menyenangkan, kekalahan telak di pertempuran memperebutkan kota Chameleon Base. Padahal yang didambakannya saat ini adalah kalimat ‘mission accomplished’ terucap dari mulut sang jenderal. Kota yang wajib ada ditangannya sebelum berakhir musim gugur ini sudah lama tercatat dalam agenda rahasianya. Sebuah misi terselubung dibalik rencana pendudukan yang para penasehat militernya termasuk perdana menteri saja tidak mengetahuinya kecuali putera mahkota. Hanya di tangan kedua sahabat inilah rahasia besar yang masih tetap menjadi misteri itu tersimpan rapi.
Untuk kali kedua kota garnisun tentara Red Ants itu gagal ditaklukkan meski telah dikirim bala bantuan brigade defensif Phragmotican[4] untuk menangkis unit-unit Odontomasus[5] yang terkenal agresif, tetap saja pasukan super elit tersebut tak berkutik menahan serangan balik para pembela kota. Dengan situasi yang nyaris serupa, kekalahan karena masalah logistik, sebuah perkara klasik sekaligus krusial di dunia kemiliteran.

“Segera adakan rapat darurat. Utus kurir keseluruh sentral komando, panggil semua panglima angkatan bersenjata!” Perintahnya.

Ampiteater pribadi panglima tertinggi itu segera dikosongkan. Sebelum mega di ufuk barat menghilang seluruh komandan armada tempur dari penjuru negeri telah berkumpul. Tidak mudah mengundang jenderal yang bertugas di wilayah pada jarak beberapa hari perjalanan darat hanya dalam waktu yang singkat. Para perwira tinggi itu dapat tiba tepat waktu dengan mengendarai sejenis belalang gurun dengan daya jelajah yang super cepat, Desert Locust[6]. Emperium raksasa ini tentu membutuhkan efesiensi waktu dalam tiap denyut nadi sistem administrasi negara, selain dipimpin oleh kepala pemerintahan tegas dan otoritarian seperti Lord Nassutz.

Derap langkah pasukan Globullar mengawal sebuah tandu bergema memasuki Ruang pertemuan. keluar dari balik tirai Ratu Rhinoa Elithrya diiringi barisan pelayannya. Ratu bangsa rayap itu berkenan hadir dalam rapat darurat untuk menyampaikan pandangannya mengenai situasi terakhir pasca ‘Autumn Operation’, sandi yang digunakan dalam agresi pembebasan Chameleon Base. Dalam dunia serangga, peran seekor ratu amat berpengaruh terhadap arah dan pola kebijakan politik sebuah koloni. Ratu rayap bukanlah pengecualian, setiap kata dalam ucapannya merupakan hukum negara, setingkat dengan undang-undang yang dipegang oleh Majelis Agung. Hirarki dan kasta, sifat anthroposentris[7] dalam kehidupan koloni ini tergambarkan secara apik, bak simfoni interaksi masing-masing individu memainkan perannya.
Kasta ksatria seperti Globullar, Nasute dan sejenisnya tidak mampu bertahan hidup tanpa dukungan rayap-rayap pekerja yang melayani kebutuhan logistik. Bukan suatu yang luar biasa jika sebuah pasukan besar dapat kehilangan moral bertempur sehingga dapat dilumpuhkan secara mudah hanya dengan dihancurkannya ransum makanan dan dpisahkan dari rayap pekerja trophallaxis[8]. Kelemahan mendasar ini benar-benar dimanfaatkan oleh jenderal-jenderal Red Ants yang sejak awal telah mempelajariya.

Kegagalan ‘operasi musim gugur’ yang dipimpin jenderal Bellickosus disebabkan kekeliruannya membaca langkah strategik yang dilakukan musuh. “Kelincahan gerak serdadu semut amat sulit diprediksi” kilahnya. “Setiap manuver menghasilkan efek serangan yang bervariasi dan mematikan. Terkadang tusukan-tusukan ke jantung pertahanan hanyalah pengalihan saja, sedangkan serangan yang sesungguhnya adalah menghancurkan divisi logistik yang jauh dibelakang garis pertempuran”.

Taktik brilian lainnya yang diterapkan anak buah Antius Alpha adalah kesuksesan penyergapan di lembah berpasir, di kaki bukit hutan Gramini. Insiden Lembah Pasir itu merupakan peristiwa memalukan dalam sejarah kejayaan klan Subterranean Termite yang membentang dari padang rumput ‘hutan’ Gramini hingga bibir rawa Dragonest sarang para naga terbang disebelah timur, sampai kota Karang Kecil yang dua tahun lalu masih milik kerajaan semut.

Rapat melelahkan itu berlangsung semalaman. Poin penting yang dihasilkan salah satunya adalah pengalihan tugas kepemimpinan Autumn Operation dari Jenderal Bellickosus kepada Pangeran Cubitermius Elithrya, putera mahkota kerajaan rayap. Walaupun pola kerajaan mereka menganut sistem Matrilineal, dimana kepala negara atau kerajaan dikuasai oleh garis keturunan dari pihak ibu, namun untuk kepala pemerintahan dan administrator tetap diserahkan kepada pihak yang paling berkompeten. Dalam hal ini pemerintahan tidak bersifat matriarkhi melainkan tunduk pada mekanisme Musyawarah Majelis Agung.

Poin lain membahas strategi baru yang diajukan Panglima tertinggi Autumn Operation III serta rencana aliansi dengan ‘gerombolan’ klan Wasp. Untung rugi kerjasama persekutuan ini berdampak sangat luas, terutama mempengaruhi pamor kerajaan. Reputasi mereka yang terkenal licik dan beringas, bermental pengecut dan tidak pernah mengenal istilah imbang atau adil dalam setiap perundingan. Sederhanya, Klan Wasp adalah Perampok! Rakyat akan menilai aliansi ini sebagai bukti lemahnya pemerintah dibawah kendali Lord Nassutz.

“Keputusan pemerintahan Nassutz sungguh tidak populer. Mengapa semakin tua ia malah menjadi semakin kekanak-kanakan, tingkahnya kini seperti larva!” Kritik seekor Fairyfly[9] disebuah bar menyeletuk, diikuti gelak tawa para pengunjung.

“Demi ratu rayap! Jika aliansi ini gagal, dan kita kembali berdamai dengan semut, aku akan mentraktir kalian semua yang ada disini” sumpah pengunjung yang lain diujung meja, seekor Pseudergate[10].

Bagaimanapun, strategi telah disusun, pucuk pimpinan sudah ditunjuk. Hari ini Mound Dome dipenuhi ratusan ribu tentara rayap, mulai dari infantri gerak cepat Elite Nasute sebagai garda terdepan, pasukan ‘beladiri’ Phragmotican, hingga Globullar yang ditugasi mengawal divisi logistik, serta brigade tempur elit super rahasia, Dimorvicon. klan Subterranean Termite sedang bersiap memobilisasi seluruh kekuatannya. Perang besar segera dimulai.

***

Anthill, julukan untuk semua kota para semut lembah. Sebuah kota tentara berdiri diantara rimbunan rumpun lili. Didepan gerbangya membentang luas padang rumput Gramini, kuning keemasan diterpa matahari sore musim gugur, bagaikan bulu rubah melambai tertiup angin utara yang membekukan. Para pekerja konstruksi klan Red Ants terlihat kelelahan memperbaiki dinding-dinding benteng. Beberapa menara berwarna jingga tempat mengintai musuh yang seakan baru kemarin menjulang megah, kini hanya berbentuk puing-puing. Kenyamanan penduduknya telah lama terusik akibat perang brutal, menyisakan kepedihan ditiap sudut kota.
Kota yang menjadi incaran Lord Nassutz ini seperti tidak pernah tidur. Kekhawatiran atas serangan susulan menjadi cambuk penyemangat untuk mengembalikan kebanggaan yang dulu pernah berjaya. Siang malam aktivitas semut pekerja terus berjalan. Dipusatkan pada renovasi benteng disekeliling kota, pembangunan kembali itu membutuhkan tenaga yang tidak sedikit. Ribuan semut pekerja dikerahkan, arsitek-arsitek dari klan Weaver Ants[11] didatangkan, belum lagi kumbang-kumbang bulldozer yang diterbangkan dari hutan pinus Greystone. Agaknya Antius Alpha menyadari betul arti penting mempertahankan salah satu kota satelitnya ini.

Chameleon Base, dahulu merupakan Bivouac[12] atau tenda peristirahatan sementara para pedagang antar klan serangga, kemudian berkembang menjadi kota transit yang menghubungkan tiga kerajaan besar: Subterranean Termite, Red Ants, dan Fire Ants. Posisi strategis kota yang bersifat heterogen dengan sistem administrasi dikuasai serangga Myrmica[13] ini kini dihuni berbagai klan serangga mutualis seperti kutu daun, larva kupu-kupu, kepik, dan jangkrik. Mereka dikenal dengan sebutan Myrmecophilian[14], sahabat para semut. Myrmecophile, sekutu klan semut adalah mereka yang selalu bahu-membahu memajukan kota Chameleon Base. Para Aphid (kutu daun) misalnya, keahlian mereka sangat diperlukan dalam memproduksi honeydew[15] dari getah tumbuhan sekitar, sebagai sumber tenaga dan minuman kesehatan dimusim kemarau karena khasiatnya yang menyegarkan. Chameleon Base merupakan kota industri, penyuplai terbesar madu non lebah bagi kota Cathedria, ibukota kerajaan Subterranean Termite, musuh sekaligus sumber devisa. Cukup satu kata untuk menggambarkan situasi ini, ironik.
Tidak jelas mengapa kota ini disebut Chameleon Base. Tidak secuilpun tanda, bentuk maupun pola yang merefleksikannya dengan chameleon (bunglon). Bentuk luarnya hanyalah gundukan tanah setinggi tiga kaki (lebih kurang 1 meter), dikelilingi menara-menara tinggi dengan dinding ornamen jingga menandakan bahan bakunya berasal dari lapisan tanah dalam. Artinya terowongan-terowongan yang digali membentuk jaringan labirin itu mencapai beberapa meter kearah pusat bumi.

Langit cerah bertabur bintang, menyambut kadatangan malam yang dingin dibulan September. Jauh kearah matahari terbit terdapat bongkahan membentuk bola lonjong seperti buah labu yang kering dan menghitam menggantung di dahan pohon oak. Disanalah para Wasp si perampok berhura-hura menghabiskan jarahan mereka, mabuk sambil menari diatas hasil jerih payah serangga lain. Wasp adalah serangga predator yang amat kejam. Pekerjaan kotornya menculik larva-larva serangga untuk dijadikan pekerja paksa di tambang-tambang Mudpulp[16] atau dijual ke pasar budak.
Duduk di singgasananya ketua gerombolan Wasp, Dominicus Vespulius. Dialah yang membuat seluruh penghuni Greystone hidup dalam ketakutan yang mencekam. Kemasyhurannya di dunia kegelapan layak disejajarkan dengan saudara-saudaranya dari suku Braconid[17]. Serangga iblis yang mampu mengendalikan serangga lain dengan cara menyuntikkan telur-telurnya dalam tubuh hewan lain. ‘Mantra-mantra’ para penyihir ini kemudian mengontrol sistem syaraf, membuat serangga yang terjangkit kehilangan kesadaran seperti mayat berjalan, mereka menjadi zombi.

Mata ocelli[18] Dominicus Vespulius berkilap menginspeksi anak buahnya. Prajurit-prajurit fanatik dan loyal pada tuannya itu sibuk mempersiapkan peralatan-peralatan perang. sebagian terlihat sedang mengasah sengatnya, ada pula yang mencoba baju zirah yang baru didapatkannya, sementara kelompok lain bergerombol melingkari sebatang jamur untuk menghangatkan diri.
Seekor Wasp muncul tergesa-gesa kearah sang tiran, setelah mendapat izin ia mendekatkan kepalanya membisikkan sesuatu.

“Sempurna!” teriak sang pemimpin congkak penuh kepuasan. “Dengarlah prajurit-prajurit setiaku, malam ini kalian akan bergabung dengan legiun rayap, dan kita akan membantu mereka menaklukkan Chameleon Base. Persiapkan amunisimu, Runcingkan sengatmu, songsong peperangan di depanmu. Bersiaplah menuju pesta kemenangan! Hai Menara jingga, kami datang…!”
“Bravo Admiral Dominicus! Hidup klan Wasp!” sahut para prajurit penuh semangat.

Dengungan sayap-sayap wasp memekakkan telinga, menandai sepasukan besar skuadron tempur tengah bergerak. Laksana awan hitam penuh kutuk, gerombolan perampok itu terbang bergulung-gulung, merampas apa saja dalam jalur perlintasannya. Telur-telur serangga menjadi incaran mereka sebagai sumber energi, bahan bakar terbaik selama perjalanan.
Antius Alpha tidak akan memberikan kesempatan kepada para penyerang untuk kesekian kalinya. Mata-mata telah melaporkan bahwa ada indikasi keterlibatan klan Wasp pada penyerangan kali ini. Oleh karenanya melalui gubernur militer Chameleon Base ia telah menginstruksikan divisi artileri anti serangan udara, Brachinus[19] si kumbang pembom. Belum puas dengan pasukan artilerinya, Lord Antius juga melengkapinya dengan ‘amunisi’ Cochineal[20], jenis kutu yang tubuhnya dipenuhi serbuk berwarna merah.

Pasukan koalisi rayap dan wasp berkemah diluar kota, menutup semua akses masuk dan keluar. Ini adalah pengepungan! Meski Perang belum dimulai, namun kegelisahan dibenak prajurit-prajurit semut tergambar pada raut wajah mereka. Faham akan gelagat tak baik ini, Panglima tertinggi Brigade Pertahanan Kota, Gubernur Jenderal Maximus Formicus menenangkah hati para prajurit.
“Sekarang adalah hari yang besar. Setiap prajurit yang bergabung dalam misi pertahanan ini akan menjadi pahlawan dan akan dikenang sebagai pahlawan diseluruh lembah Greystone. Nama kalian akan tercatat dalam sejarah dan diagungkan oleh anak cucu kalian. Persiapkan dirimu, teguhkan hatimu, runcingkan sengat-sengatmu, tajamkan capit rahangmu. Ingatlah hari ini, sebab mulai hari ini kalian tidak bisa lagi mundur. Hari dimana takdir kota ini diserahkan kepadamu! Bangkitlah wahai pahlawan menara jingga!”

Serasa mendapat suntikan adrenalin, semangat prajurit semut kembali mengalir di pembuluh darahnya. Kepekaan sang jenderal sekali lagi teruji. Namun ia masih bimbang, sampai kapan prajurit-prajuritnya mampu menahan keberingasan tentara Nassutz yang begitu terobsesi pada kotanya? Jawaban yang tentunya hanya didapat setelah peperangan ini usai.
Sebuah grup utusan rahasia membuyarkan konsentrasinya menunggu untuk dipersilakan masuk. Mereka tidak mengenakan baju zirah elytra[21], mengisyaratkan mereka bukan dari kesatuan militer.

Sebuah gulungan kertas diberikan kepada sang Jenderal. Surat yang dibubuhi stempel pribadi Pemimpin Subterranean Termite, tercetak dari cincin Nassutz Termitius itu berbunyi:

“Dari Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Subterranean Termite
Jenderal Tertinggi Nassutz Termitius

Kepada Kepala Pemerintahan Chameleon Base

Gubernur Jenderal Maximus Formicus

Pasak kemah telah dihujamkan

serdadu musuh telah dibariskan
menara jingga yang diagungkan

hendak terbakar dan dilupakan
hajat samar ‘kan diterangkan

demi damai yang menenangkan
Jikalah tak bertepuk sebelah tangan

tinggalkan yang terbijak disisi tuan

Semoga kedamaian selalu menaungi lembah Greystone.”

Satu jam lamanya Jenderal Maximus Formicus termenung sambil sesekali memandangi surat tawaran yang diajukan pemimpin para rayap, surat yang disampaikan dengan gaya metafora itu bermakna sangat dalam dan amat menentukan nasib kota. Otaknya terus berputar, ia menyadari sebuah keputusan beresiko tinggi harus segera diambil. Akankah kedamaian kembali melingkupi Greystone jika ia menuruti tawaran ‘peta jalan damai’ ini? Ataukah kedamaian hanya bisa direngkuh dengan memukul mundur gabungan dua pasukan super masif tersebut dengan tangannya sendiri?
Maximus memanggil utusan tertua ke ruang pribadinya dan mempersilakan yang lain kembali. Kemudian tawaran musuh itu disampaikan sang utusan. Ia hanya manggut-manggut saja ketika utusan musuh itu menerangkan dimana posisi keberpihakan klan Subterranean Termite sebenarnya dalam pertarungan memperebutkan Chameleon Base ini. Semua argumentasi disampaikan, seluruh strategi dibeberkan, keputusan telah diambil.

Awalnya ia meragukan beberapa opsi yang diajukan Lord Nazzuts. Bagaimana mungkin ia dapat mempercayai musuh yang selama ini memerangi serta menginginkan kotanya? Dan ia tidak memiliki cukup waktu mendiskusikannya dengan jenderal tertinggi Antius Alpha. Tapi ia tahu bahwa Nassutz Termitius adalah pemimpin yang selalu memegang kata-katanya. Lagi pula dalam sejarah keseranggaan rayap merupakan serangga pemakan kayu yang defensif, tidak suka menyerang. Sebaliknya, klan Red Ants adalah semut karnivora yang bersifat agresif.
***

Perang terbuka dimulai, pasukan Nassute di sayap kanan bergerak marching mendekati gerbang kota dalam barisan rapat sambil memayungkan perisainya diatas kepala, diikuti satuan kecil tentara wasp terbang di atasnya membentuk formasi menyerang. Brigade bertahan melepaskan bom-bom Cochineal kearah pasukan darat yang sedang bergerak itu. Asap merah mengepul memenuhi medan perang. Secara tiba-tiba satuan super elit Dimorvicon muncul dari balik barisan rapat Nassute kemudian mendobrak gerbang utama kota Chameleon Base. Gerbang kota mulai retak. Belum ada reaksi balasan dari tentara semut yang mengawal gerbang.
Serangan berikutnya ‘jet-jet’ tempur wasp memberondong ke puncak menara-menara kota dengan sengat beracunnya, disambut dengan bombardir pasukan anti serangan udara Brachinus menyemburkan cairan panas ketubuh pasukan wasp. Korban dari kedua belah pihak berjatuhan. Dominicus segera mengirim pasukan bantuan. Serangan ini berhasil memukul brigade pertahanan di garis depan, sebuah menara rebah berantakan.

Di depan gerbang, Dimorvicon, tentara rayap bertubuh raksasa itu baru saja berhasil menjebol pintu utama. Dalam sekejap satu batalion Phragmotican berhamburan ke pusat kota. Seekor komandan rayap berteriak memerintahkan pasukan berhenti. Ia menyadari sesuatu yang tak lazim sedang terjadi. Jalanan sepi, blokade-blokade kosong, rumah-rumah dan pertokoan tertutup rapat. Benarkah kota kebanggaan para semut telah dikhianati oleh penduduknya sendiri? Pangeran Cubitermius Elithrya turun dari kereta perangnya tersenyum puas penuh kemenangan. “Akhirnya, satu langkah lagi menuju kedamaian” bisiknya.


[1] Globullar adalah kata rekaan dari istilah globular, yang merupakan jenis rayap parajurit berkepala besar (phragmotic), bertugas memblok pintu sarang koloni menggunakan kepalanya untuk menghambat serangan penyusup.

[2] Nasute adalah jenis rayap prajurit yang memiliki nasus (hidung bersengat) beracun.

[3] Stag beetle (Lucanus cervus) adalah sejenis kumbang tanduk. Saat musim kawin mereka memperebutkan betina dengan berkelahi dan sering terlihat seperti atlet yang sedang bergulat.

[4] Phragmotican diambil dari kata phragmotic adalah jenis rayap prajurit yang memiliki capit (mandible) yang berukuran besar.

[5] Odontomasus atau Odontomachus adalah genus dari semut karnivora (pemakan daging).

[6] Desert Locust (Schistocerca gregaria) adalah sejenis belalang gurun yang hidup di semenanjung afrika utara bagian timur dan menjadi hama bagi petani.

[7] Anthroposentris, memiliki cara hidup seperti lingkungan manusia.

[8] Trophallaxis adalah perilaku transfer makanan pada serangga dari mulut ke mulut atau dari anus ke mulut.

[9] Fairyfly atau lalat peri adalah jenis tawon terkecil.

[10] Pseudergate adalah rayap bersayap (laron) yang gagal dalam metamorfosis, sehingga sisa hidupnya hanya berfungsi sebagai rayap pekerja.

[11] Weaver Ants (Oecophylla smaragdina), adalah jenis hewan yang hidup di pohon (Arboreal) dikenal dengan sebutan semut rangrang.

[12] Bivouac adalah sarang sementara sebagai ‘tenda’ yang dipakai dalam migrasi serangga sosial.

[13] Myrmica, genus dari semut merah.

[14] Istilah Myrmecophilian diambil dari kata myrmecophile yaitu organisme yang berasosiasi dengan semut. Secara literal berarti ant-loving, merefer pada hubungan mutualis (simbiosis mutualisme) dengan semut.

[15] honeydew merupakan madu yang dihasilkan oleh kutu daun ketika menyerap getah tumbuhan, madu yang keluar dari anusnya kemudian dimanfaatkan oleh semut.

[16] Mudpulp adalah tanah lumpur atau bubur kertas yang digunakan tawon (wasp) untuk membangun sarang

[17] Braconid, sejenis tawon bersifat parasit bagi serangga terutama ulat dan kutu daun.

[18] Ocelli adalah mata sederhana yang dimiliki serangga seperti tawon dan laba-laba. Dapat merasakan cahaya tetapi tidak bisa mengetahui arahnya.

[19] Brachinus, kumbang tanah yang mampu mengeluarkan dua cairan (hidrokinon dan hidrogen peroksida) yang ketika bercampur menghasilkan senyawa yang sangat panas.

[20] kutu daun cochineal adalah serangga yang selama hidupnya hanya menempel pada sesuatu dan tidak bergerak sama sekali (sessile). Cochineal menghasilkan tepung pewarna yang disebut cochineal, berwarna merah tua (crimson).

[21] Elytra atau elytron, sayap keras pada serangga yang melindungi sayap transparan, terbuat dari zat kitin dan sejatinya merupakan kerangka luar (eksoskeleton)
Baca Selengkapnya...!

Bengkel Karya SMART

"Kamu percaya jodoh Fahri," tanya Maria. "Iyah, tiap orang memiliki...," Fahri urung melanjutkan kata-katanya. Maria langsung memotong, "Jodohnya masing-masing, itu yang selalu kamu bilang." (maaf,hanya copy paste dari AAC The Movie). Ulasan di bawah ini merupakan karya sobat Pena-SMART. Pasti menarik, tentang takdir dan jodoh. Sobat penulis semua, silakan tinggalkan pesan dan komentarnya.

Kenapa Harus Protes Dengan Takdir?
Oleh: Maramita Elfani

Seringkali aku mendengar sebuah statemen, “manusia tidak bisa hanya mengandalkan skenario takdir Tuhan, tanpa melakukan apa-apa.” Sebagai interpretasi aplikatif dari ayat Innallaha la yughayyiru ma bi qaumin hatta yughayyiru ma bi anfusihim.

Yah, bahkan itulah yang sering aku lakukan, dulu. Aku tidak memungkiri Allah SWT tidak akan memberikan sesuatu secara cuma-cuma kepada kami, para makhluknya. Kecuali makhluk-makhluk terpilihnya, dan tentu saja atas kehendak-Nya. Toh, Dia berhak melakukan apapun.

Namun, sedikit yang buatku kecewa. Seringkali ayat itu di jadikan sebagai dalih legalisasi perbuatan manusia, dan tidak menutup kemungkinan termasuk aku di dalamnya. Perbuatan yang sebenarnya bukan termasuk dalam kemasan hatta yughayyiru ma bi anfusihim. Rangkaian cerita yang dirancang oleh makhluk Tuhan yang bernama nafsu, yang selalu mengikuti kemana manusia melangkah kerap menelusup di sela-sela perbuatan ”úsaha” versi manusia.

Secara umum, yang termasuk kedalam kategori takdir yang tidak bisa di rubah adalah yang berkaitan dengan rezeki, jodoh dan kematian. Kematian, mungkin tidak akan ada orang yang akan menyangkal, bahwa kematian itu rahasia Ilahi. Tidak akan ada yang mencoba beralasan atau sekedar menawarkan usaha untuk mempercepat atau memperlambatnya. Ya, kematian adalah kematian.

Berbeda dengan rezeki. Meski semua meyakini bahwa rezeki sudah di atur oleh-nya. Alokasi rezeki yang di tetapkan Tuhan sudah tercatat di lauh al-makhfudz. Namun ayat di atas tetap saja masih di posisikan di barisan pertama pintu ijtihad manusia. Semua harus ada usaha. Toh, tidak mungkin kan kita mendapat uang secara langsung (jatuh dari langit misalkan) dari Allah SWT. Okelah, mungkin usaha versi manusia kali ini bisa di terima. Meski pada akhirnya, ketika manusia sudah pada tahap putus asa dan pasrah, lagi-lagi semua akan bermuara pada takdir.

Lalu bagaimana dengan jodoh?

Sejatinya, akupun selalu bingung. Sebenarnya “usaha” yang bagaimana yang di inginkan Tuhan dari makhluk-Nya yang bernama manusia?

Mungkin kekuatan, “jodoh adalah takdir” lebih kuat mengetengahkan kuasa Tuhan di banding “rezeki sudah ada yang mengatur”.

Jika ada yang mengatakan bahwa kita harus berusaha untuk bisa mendapatkan rezeki dari Allah SWT, sebab Dia begitu menyukai sebuah proses yang dilakukan oleh hamba-Nya, aku begitu setuju, bahkan sangat setuju.

Hanya saja aku selalu bingung saat orang mengatakan. Jodoh itu sudah di tetapkan oleh Allah SWT, namun selalu masih di akhiri dengan “Tapi kita juga harus berusaha”.

Selalu membuat jidatku mengkerut tiap kali mendengarnya. Sejujurnya, aku tak habis pikir, usaha yang bagaimana yang di maksud?

Okelah, katakan saja “iya” misalnya.

Lalu sekali lagi, apa bentuk usaha itu?

Pacaran kah? Selalu berusaha berpenampilan menarik kah? Masuk pada banyak komunitas kah? Melakukan proses pancarian dengan dua alat; mata dan nafsu kah? Atau pasang iklan? Wew…

Aku sendiri tak tahu jawabnya yang mana.
Yang pasti aku selalu bingung.

Sampai saat ini yang menurutku masih sangat logis dan bisa di pertanggung jawabkan adalah, jika kita berusaha ingin mendapatkan jodoh yang baik, hanya “perbaiki diri” saja dulu. Bukankah Allah pun telah berjanji kepada kita, manusia. Siapapun yang baik akan mendapatkan pasangan yang baik pula. Berkaca pada diri sendiri, jika ingin tau jodoh kita seperti apa dan bagaimana.

Ada seorang teman mengatakan padaku. “Jika saat ini aku sedang bersenang-senang dengan lawan jenisku di luar, tidak menutup kemungkinan jodohku kelak, juga sedang melakukan hal yang sama dengan lawan jenisnya sekarang. Atau sebaliknya, mungkin saja jika saat ini aku sedang serius belajar dan bercinta dengan-Nya, maka tidak menutup kemungkinan saat ini juga jodohku pun melakukannya“.

Yap, kalimat-kalimat itu begitu lekat di otakku. Terimakasih sahabatku.

Entahlah, bagaimana seharusnya…
Aku juga tak tahu…

Yang pasti, “usaha” versi Tuhan sulit untuk di deskripsikan. Manusia hanya bisa meraba. Seringkali sebuah kebenaran yang di yakini manusia adalah kesalahan bagi Tuhan.

Hanya yakini, SEMUA DARI ALLAH
Tak perlu protes dengan takdir-Nya

Kau tak akan puas jika Allah memberikan apapun yang kau minta. Yakinilah, semua yang ada padamu, adalah pemberian Tuhan atas butuhmu. Yah, karena Allah memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita minta.

El_Funny
Kairo, 240808
15:08

Baca Selengkapnya...!

Salam Cinta Teh Lela

Minggu, 21 September 2008
Tulisan ini diberi izin posting, oleh Teh Lela, el-Qolam-SMART, beberapa jam sebelum pulang ke tanah air. Dengan nada berat, penulis mengungkapkan salam Cintanya buat sobat-sobat SMART. "Duh, saya kok cuma bisa gabung bentar aja ya, sama temen-temen SMART," ungkapnya saat dihubungi lewat telefon. Silakan dikomentari.

Catatan Ringan Seorang Sahabat
Oleh: Lela Nurlela

Sebuah cacatan ringan dari seorang sahabat, hanya ingin saling berbagi.. tentunya dalam rangka syi’ar “tawashou bilhaqqi watashou bishoshobri..”

Dulu, ketika kita berani melangkahkan kaki ke negeri seribu menara, berani bertempur ke medan perjuangan yang mungkin sebenarnya kita belum tahu pasti situasi dan rintangan yang harus dihadapi nanti. Tapi subhanallah! Dengan berbekal azzam yang kuat tak lain hanya ingin menimba ilmu sebanyak-banyaknya di negeri para nabi juga dengan doa restu orang tua bahkan sanak saudara dan tetangga, alhamdulillah semua itu cukup menguatkan hati kita untuk siap bertempur, siap berkorban demi cita-cita yang agung ini. Dan Allah lah yang Maha Berkehendak, sehingga dengan karuniaNya kita benar-benar bisa menghirup debu sahara kleopatra, kita bisa duduk di bangku universitas tertua di dunia, bahkan syukur tiada tara kita diberi kesempatan untuk bisa tinggal di asrama duta bangsa lengkap dengan penerimaan ‘gaji tetap’ setiap bulan. ‘fabiayyi alairobbikuma tukadzdziban..?’

Namun sudah menjadi sunnah kehidupan, ketika kita diberi kemudahan dalam meniti sebuah jalan, dikaruniai berlimpah nikmat, pastilah di sana akan ada tantangan dan ujian. Karena setiap fase kehidupan masing-masing ada ujiannya. Layaknya kita di bangku sekolah, tentunya rumus matematika di kelas 4 SD berbeda dengan rumus matematika di kelas 5 atau 6 SD. Begitulah hidup, dengan bertambahnya umur maka cobaan akan terasa lebih nyata dan rumit. Terkadang ketika kita sedang dilanda banyak problem, ingin rasanya lari dari semua itu dan kembali menjadi anak ingusan yang tidak tahu apa itu masalah. Tidak! Jangan sekali-kali kita lari dari masalah. Masalah adalah hal yang lumrah, bukan untuk dihindari tapi untuk dihadapi. Sebenarnya ketika kita menghindar dari masalah, hakikatnya kita sedang membuat masalah baru. Jadi, apapun masalah hidup, pahit-manis merupakan bumbu yang tanpa itu hidup akan terasa hambar. Justru dengan adanya masalah, kita akan teruji dan akan terseleksi apakah kita termasuk orang yang mampu berlapang dada dan bisa mengambil hal positif ataukah sebaliknya. Begitulah manhaj yang diajarkan al-Quran, jika Allah sayang kepada seorang hamba, maka Dia akan menguji hamba tersebut tidak lain hanya untuk menaikkan derajatnya dunia akhirat, layaknya seorang pelajar jika lulus ujian di kelas 4 maka akan naik ke kelas yang lebih tinggi, kelas 5. Karena mukmin sejati hanya mempunyai dua sikap dalam hidupnya, syukur tatkala diberi nikmat dan sabar ketika tertimpa musibah.

Kembali ke kondisi real setelah kita sampai di negeri ‘ibu dunia’, setelah beberapa waktu kita beradaptasi dan mengenal lebih dekat tanah air kita yang kedua ini. Yup! Ternyata di sana ada banyak hal yang membuat hati kita sakit, terlampau kecewa. Mesir yang merupakan negeri pusat peradaban, yang di sana lahir para ilmuan besar, al-Azhar yang menjadi kebanggaan.. semua itu tidak tergambar jelas oleh mata telanjang. Yang kita temukan hanyalah kondisi masyarakat yang sebagiannya ‘tidak beradab’, masih banyak rakyatnya yang buta huruf, serta system administriasi maupun pembelajaran di al-Azhar sama sekali jauh tertinggal dari tuntutan zaman yang serba modern dan canggih sehingga mengakibatkan semua urusan tidaklah efektik mengingat santri al-Azhar adalah pelajar seluruh dunia. Ketika kita mau merenung sebentar, mempelajari semua yang kita alami dan rasakan. Kondisi yang ironis akan banyak kita temukan dalam setiap lini kehidupan. Jangan jauh-jauh kita mencari contoh, tanah air kita tercinta yang setelah dipelajari secara geografis merupakan negeri terkaya sedunia.

Namun sebagaimana kita ketahui, kita justru sama sekali tidak merasa kalau kita diberi berlimpah nikmat. Kita biarkan semua kekayaan kita dicuri oleh tangan-tangan kotor dan kita terlalu terlena dengan semua yang ada. Kita punya banyak tanah subur, tapi ternyata makanan pokok kita malah import dari luar negeri, ironis bukan? Begitu pun setelah kita tahu tanah Mesir, ternyata banyak hal yang kita temukan merupakan ironis dari keadaan yang seharusnya. Mesir adalah gudang ilmu, di sana banyak para ulama bahkan yang bergelar doktorpun tidak terhitung jumlahnya. Di setiap masjid besar diadakan pengajian rutin kitab-kitab turats yang langsung diajarkan oleh pakarnya dan tidak dipungut biaya apapun. Belum lagi harga kitab yang relative murah bahkan pameran buku internasionalpun adanya di negara Mesir. Namun ternyata realita yang ada menggambarkan kondisi yang justru sebaliknya. Sebagian rakyat mesir masih banyak yang buta huruf dan tidak mengerti ilmu-ilmu islam, padahal al-Azhar adalah lembaga pendidikan tanpa memungut biaya dan kalaupun ada pembayaran untuk administrasi sangatlah relatif murah dibanding sekolah-sekolah yang lain.

Dengan menyandang predikat ‘Mesir adalah ibu peradaban’, sebagian rakyat Mesir justru malah terlena dengan masa kejayaan di zaman dahulu kala. Tempat-tempat bersejarah dan museum-museum peninggalan masa fir’aun menjadi devisa terbesar negara karena setiap harinya tidak pernah kosong dari kunjungan para turis asing. Rasa bangga dan fanatik yang berlebihan menjadikan mereka sulit menerima perubahan dari luar, kecuali mungkin segelintir orang yang pernah pengecap study di luar negeri, gaya hidup mereka lebih moderat dan pikiran mereka lebih terbuka. Itulah sekelumit gambaran kondisi masyarakat Mesir yang sebenarnya tidak jauh berbeda dengan keadaan di negara kita, karena intinya hanya satu, kita sama-sama telah terlena dengan anugerah serta limpahan nikmat yang dicurahkan kepada kita. Kita belum bisa menyukuri semua karunia itu, maka wajar saja akibatnya adalah kerusakan yang terjadi di atas muka bumi ini.

Sedikit renungan atas semua yang terjadi, mungkin di atas merupakan gambaran secara global atau dalam ruang lingkup yang luas, kenegaraan. Dalam kehidupan sehari-haripun kondisi ironis sering kita lihat bahkan kita alami sendiri. Contoh kecil, seorang pelajar yang kaya raya, memiliki banyak fasilitas belajar kebanyakan mereka justru malah tidak bisa memanfaatkan apa yang mereka punya. Lain halnya pelajar yang dari golongan ekonomi standar, dia akan lebih menghargai sebuah kesuksesan, dia akan berusaha menjadi orang besar untuk bisa merasakan fasilitas hidup yang lebih layak. Ya, begitulah kenyataannya semoga saja kita termasuk orang-orang yang mampu memanfaatkan segala bentuk nikmat yang diberikan, menjadi hamba-hambaNya yang tahu betul cara menyukuri semua anugerahNya. Amin.

Berangkat dari pengalaman penulis yang Allah taqdirkan telah lulus dari al-Azhar, walaupun penulis sendiri bukanlah sosok mahasiswi yang patut dibaggakan, namun setidaknya dia telah melewati empat fase perjuangan belajar di universitas ‘kolot’ ini. Menurut penulis hanya ada tiga point yang menjadi kunci lolos dari gerbang al-Azhar ini, pertama niat, alias azzam yang kuat dalam menelaah ilmu khususnya muqarrar. Kedua, mengetahui betul gaya belajar yang paling efektif, karena setiap orang memiliki kecenderungan cara belajar masing-masing. Ketiga, doa dari semua pihak. Jika ketiga hal tersebut sudah dapat dipahami dan dilaksanakan dengan benar, maka insyaAllah dan yakinlah Allah tidak pernah menyia-nyiakan usaha hambaNya.


Ok, sekarang kita beranjak ke satu hal yang paling seru untuk dibicarakan, dia ga pernah musnah ditelan masa bahkan selalu up-date untuk dijadikan topik pembicaraan. What’s that? Apalagi klo bukan ‘CINTA’! Haha.. diakui ato ga, si cinta ini memang punya porsi tersendiri dalam episode kehidupan, so pasti dunk! Tanpa cinta, bisa jadi kita ini tidak dilahirkan, he

Menyoal tentang cinta dalam episode kemahasiswaan merupakan hal yang biasa, tidak ada yang perlu diherankan. Eiit..! tapi jangan salah tafsir ya... hal yang biasa bukan berarti kita boleh-boleh aja mengobral cinta (emangnya di pasar ikan apa, pake diobral segala!)hee Yo i, cinta memang hal biasa, wajar, normal dan seabreg kata dalam artian yang sama, apalagi kita emang lagi masa-masanya mencari cinta neh. Wuih, berapa hari ya jatah mencari cinta?hehe

Ternyata ya, setelah melalui observasi yang insyaAllah valid deh.. kita tuh harus hati-hati juga loh sama si cinta ini. Emang kenapa kok rasa cinta mesti pake hati-hati segala, dia kan normal? Emang! selain normal juga sebenarnya dia tuh suci, ini yang harus kita pertahankan, kesucian cinta! Jangan sekali-kali kita jadikan dia sebegai boomerang! Kan kasian.. Misalkan ya, ada kasus mahasiswa/i yang keliatannya ogah-ogahan belajar, tapi sebaliknya klo diajak ‘ngedate’ mah semangat 45! Ya iya lah, daripada pusing bolak-balikin kertas untuk dihafal lebih menarik ngopi darat ma doi.. Trus abis itu ternyata pas pengumuman kelulusan dia ga naik tingkat tuh.. ya wajar aja kali bung, wong kapan nyediain waktu untuk konsen baca buku klo kerjaannya cuma konsen pada si doi mulu, ya ga?! Akhir-akhirnya mereka nyesel deh dan bisa jadi mereka malah menyalahkan cinta, itu yang bikin nasib si cinta jadi kasian.. kambing ijo deh!hee Padahal kan rasa cinta ini sungguh agung dan suci, tapi karena dia dipupuk belum pada saatnya, ya jadi gitu deh.. tragis!!

Yup! Berarti kita dah punya kesimpulan dunk.. Klo ingin mempertahankan keluhuran nilai cinta yang suci maka jalannya cuma atu, dijaga tu cinta..! jangan sembarangan cepat-cepat diumbar.. Biar nanti ketika saatnya tiba, dia akan menjelma menjadi permata yang kilaunya melebihi sinar matahari (kayak gimana tuh? Emang ada ya?)hehe Jadi, sing sabar ya! Dan kalo memang sekarang udah siap (lahir batin tentunya), jangan ragu! Segera pupuk tu cinta di lahan yang halal, yang pake mahar!  Klo belum siap, ya jangan coba-coba atuh! Karena cinta bukan bahan percobaan.. Coba deh puasa wija, dijamin Allah akan memudahkan. Okeh!
Baca Selengkapnya...!

Bengkel Karya SMART

Jumat, 19 September 2008
Karya di bawah ini adalah tulisan salah seorang peserta SMART. Tulisan ini kami posting di sini agar dikoreksi dan dikomentari oleh kawan-kawan semua anggota SMART. Untuk itu kami hanya memasukkan tulisan ini apa adanya (tanpa edit) sebagaimana file yang kami terima dari penulis. So, silahkan bagi kawan-kawan semua untuk membengkelnya...!

Pagi Yang Mengharankan
By : Didi suardi

pagi yang sunyi, sang surya keluar dari balik selimut awan, sinar mataharinya yang khas begitu menyentuh lapisan permukaan kulit, ku lirikkan bola mataku ke arah jam dinding yang menempel di tembok samping, ternyata jam sudah menujukan pukul 07:00 pagi.

teng...teng..brug!
Suara-suara itu terdengar kembali di balik pintu tua yang sudah lama tidak di huni, letaknya pas berada didepan platku, aku merasa ada keanehan di plat itu, setiap aku mendengarnya bulu romaku berdiri, tapi aku tak pernah menghiraukanya.

"mungkin itu hanya suara benda jatuh saja" gundamku dalam hati

Aku pun meneruskan aktifitasku, dengan segelas susu panas dan sebotol air putih yang senagja ku siapakan untuk menemani pagiku.


Pagi hari adalah waktu yang sangat cocok bagiku tuk sekedar membaca, menulis maupun mengulang hapalan. disamping suasananya yang tenang, tentram juga sang surya mulai menampakan wujud sinarnya menerangi jagat raya, yang kadang dengan ke elokan sinarnya mampu memberikan imajinasi-imajinasi baru.

Tak terasa waktu sudah menujukan pukul 12:03 siang. aku baru ingat klo aku punya janji sama seseorang, ku langkah kan kaki tuk segera bersiap-siap.

Lagi-lagi terjadi keanehan saat aku keluar dari platku, pintu yang berhadapan dengan pintu platku, tamapaknya sedikit terbuka, aku benar-benar semakin merinding dibuatnya.

"buakannya plet ini kosong, kenapa pintunya terbuaka", "bagaimana bisa pintunya terbuka sendiri, pintu ini kan sudah lama ditutup dan tak seorangpun dapat membukanya, sedangakan pemilik rumahnya pun kini tak tau dimana keberadaannya, tampaknya plat ini sudah lama tidak dihuni" bisiku dalam hati dengan penuh keheran diselain rasa keganjilan.

Aku tak mau berpikir panjang, yang sampei menghabiskan waktu terlalu lama, kukira ini hanya sugesti dan perasaanku saja yang terlalu mendramatisir keadaan, karena mungkin tadi malem aku dan teman-teman nonton film pocong sampei larut.

Ku langkahkan kaki menuju lantai bawah, maka sampailah di gerbang imarah, sesampainya di bawah ternayta gerbangnya dikunci dan aku lupa membawa kuncinya, maka dengan sedikit terpaksa aku harus mangambil kunci terlebih dahulu. saat ku menginjakan kaki pada deretan tangga paling akhir, dengan tak senagaja aku melihat seorang nenek tua berambut panjang, susunan rambutnya tidak teratur alias acak-acakan memasuki plet itu.

Kini yang merinding bukan hanya bulu ramaku, tapi seluruh bulu-bulu permukaan kulit tanggan dan kakiku ikut berdiri, aku memang termasuk orang yang penakut, sejak kecil aku selalu ikut bapak kemana iya pergi, bahkan ketika bapaku membersihakan rumah nenek yang sudah lama tidak dihuni, aku pun ikut bersamanya, walau hanya sekedar duduk menemaninya.

Waktu itu, aku kebelet ingin pipis, saat ku masuk kamar mandi, aku meliat sesosok wanita berpakaian serba putih, rambut yang tak terurus persis seperti gelandangan (maaf) dipinggir jalan yang sedang duduk di sopa tua. setapak demi setapak ku langkahkan kaki tuk menhampirinya, saat ku mendekat, ia pun memalingkan wajahnya, aku terkejut dan lari terbirit-terbirit.

"bapaaak!... bapaaak!..." aku berteriak

ku lihat bapakku sudah tidak ada ditempat, aku semakin ketakutan, aku berlari ke halaman, sambil berteriak " bapaaak! bapaaak! dimana? aku takut pak, aku takuuut, takut sekali.

ketika ku sampai di rumah tapi ternyata bapakku tidak, lalu ku betanya pada ibu.

"ibu bapak mana, bapak sudah pulang belum?"
"loh buakanya tadi sama Dido pergi ke rumah nenek" ibuku balik bertanya.
iya bu tadi sama dido, tapi...?"
tapi apa? ibuku pertanya denagn sedikit heran. "hmm tapi apa?"
tidak bu, tidak apa-apa?
ya sudah klo gitu, cuci kaki, cuci tangan, kemudian kita makan banreng-bareng, ibu selseseikan dulu jemurannya ya?
"iya bu"

saatku selesei mencuci, aku melihat bapakku sudah duduk di kursi meja makan.

kami pun makan bersama, bapaku meliriku kemudian bertanya " dido ada apa? ko makannya gak besemangat", "makanannya tidak enak ya?" ibuku menambahkan
"engga bu, engga pa" dido cuma lagi ga enak badan.

"pak, dido boleh bertanya sesuatu?"
"boleh, tentang apa?"
"euu... tentang, eu... rumah itu pak"
"emang ada pa dengan rumah itu" bapaku balik bertanya
"eu... tadi dido kan mau masuk kamar mandi, dido liat ada seseorang di kamar sebelah, terus ya dido masuk, pas dido liat, ada seorang perempuan tua, wajahnya sudah rusak sereeem sekali, sampei dido lari terbirit"

"oh...pantesan tadi bapak liat dido lari sambil berteriak, bapak waktu itu lagi beli paku ke warung, pas bapak liat dido sudah lari jauh" jelas bapakku

"iya rumah itu sudah lama tidak dihuni, kurang lebih hampir lima tahun rumah itu kosaong, kemudian nenek mewariskannya kepada paman, tapi paman menolak dia lebih memilih sepetak tanah di lorong bukit sana, katanya mau tanamin singkong, dengan sedikit berat hati bapakpun mensetujuinya, nah sekarang bapak pingin rumah itu ada yang menempati"

"terus sosok permepuan tua itu siapa pak" aku bertanya kembali

bapaku menjawab "oh wanita itu ibu hamidah tetangga sebelah yang letak rumah tidak jauh dari situ, bapak ga sempat bilang kalo bu hamidah yang sudah berumur tua itu mau membantu kita untuk membersikan rumah, bu hamidah yang sejak dari pagi membersihkan rumah itu, ya... mungkin terlalu capek akhirnya ia beristirat kemudian tertidur.

sejak kejdian itu, aku mulai teroma, klo melihat sososok perempuan tua dengan rambut acak-acakan, walaupu itu bukan keyataan, tapi sampai dengan detik ini wajah-wajah itu selalu mengahntui dan membayangiku.

saat ku mengambil kunci, telpon rumah yang yang terletak di ruangan tengah pun berdering.

"hallo, assalamualaikum" suara terdengar dari gagang terlepon
"iya, waalaikum salam" jawabku
"didonya ada ustad?"
"iya saya sendiri, saya dido" jawabku
tadi ada pesan dari koord pembinaan intelektual katanya "diskusi kali ini di undur besok sore jam 15.00, atas perubahan ini kami mohon maaf"
" sama-sama, oke kalau gitu terima kasih ya" ucapku
"asalamualaikum"
"walaikumsalam"

dengan diundurnya jadwal diskusi, aku pikir lebih baik menerukan aktipitasku untuk menghatamkan buku cerita yang tinggal beberapa lembar lagi, dengan perasaan yang masih di banyangi ke ganjilan tadi pagi. Terbesit di pikiranku tuk menayakan hal ini pada senior, tapi semuanya pada tertidur.

“Ting nong… ting nong… ting nong…” suara bel berbunyi

Lalu aku membuka pintu, kebetulan ternyata yang datang itu bang rubi senior yang sudah tinngal lama di rumah ini, ini kesempatanku yang sangat pas untuk menanyakan hal ini.

“Emm.. bang, boleh bertanya sesuatu?” ku bertanya dengan nada sedikit gugup.
“Boleh, ada apa emangnya?”
“Tentang plet depan, bang”
“Dengan singakat ku ceritakan semuanya kejadian tadi pagi, sampai dengan sesosok perempuan tua yang berpenampilan aneh.”

Setelah mendengarkan penjelasan dari bang rubi aku baru tau klo rumah itu, memang baru saja di buka oleh tuan rumannya, dia menyuruh ibu rohmah dan amu hamid untuk membersihkan, walaupun mereka berdua sudah sangat tua tapi semangat untuk bekerjanya masih bisa diandalkan malah anak muda sekarang kalah lebih telaten dibanding mereka.

Game’ 15 agustus 2008. 09.12
Baca Selengkapnya...!

Bengkel Karya SMART

Sabtu, 13 September 2008
Embun Ramadhan
Oleh: Agus AP

Terik panas matahari membakar bumi para Nabi. Memanggang bangunan-bangunan yang berdiri kokoh dan tegak, bagaikan hamba-hamba Allah yang terpanggang di dasar tungku neraka. Hanya diam tak bergeming pasrah. Jalan-jalan di ibu kota kairo menciptakan fatamorgana, menjadikan jalan-jalan itu bagaikan tergenang air kemudian menguap keangkasa.

Ramadhan kali ini jatuh pada musim panas. Tiga tahun sudah aku bertemu bulan Ramadhan di negeri kinanah ini. Bulan Ramadhan di negeri fir'aun terasa hidup. Hamba-hamba Allah yang beriman khusyuk beribadah kepada-Nya. Para pemburu ridho Allah memenuhi masjid mendekatkan diri kepadaNya. Para pecinta al-Qur’an melantunkan ayat-ayat indah dan menyelami maknanya. Suasana dan lingkungan yang benar-benar mendukung dalam beribadah.

Namun itu semua tak membekas sama sekali dihatiku. Tidak ada yang istimewa dalam pandanganku. Semua itu hanyalah hak dan kewajiban seorang hamba kepada Dzat yang di imaninya. Bagiku hanya ada dua pilihan, yang taat silahkan mematuhi perintah dan larangan-Nya sedang kan yang ingkar silahkan melanggar aturan yang sudah ada.

***

"Dhan bangun, ayo…! Sahur." Sahabatku ridwan membangunkan aku. Aku pun bangkit
kemudian melihat jam bekker di meja belajarku. Jam sudah menunjukkan pukul 03.05 pagi waktu yang tepat untuk sahur, tidak terlalu cepat ataupun terlambat. Kamar mandi tujuan utamaku. Membasuh muka agar sedikit lebih segar kemudian makan sahur. Perut sudah terasa lapar. Menu sahur yang memikat selera makan, ada gulai ayam yang mengelitik lidah, ditemani tumis daun sawi dan gorengan bakwan. "Aah…kenyang wan. Hari ini enak banget masakanmu wan," aku memuji ridwan sambil menghisap sebatang rokok ditanganku. "Halah-halah…make muji segala kamu Dhan. Kan masakanku emang enak dari dulu. He he he," saut Ridwan tersenyum.

"Wan hari ini aku mau ke attaabah, ikut gak?," aku mau nyari oleh-oleh untuk keluarga. "Lho kamu mau pulang Dhan?," tanya Ridwan kaget. "Gak lah wan. Temen aku satu kampong, itu loh si Ghufron mau pulang, karena deket ya sekalian lah nitip." Aku pun berlalu menuju kamar. "iya deh nanti aku ikut Dhan, tapi bangunkan aku yach… habis subuh aku mau tidur lagi."

Aku belanja beberapa helai kaos untuk adek-adeku, dan juga tasbih koka buat orang tuaku. Di attabah aku tidak terlalu lama berkeliling mencari barang yang aku butuhkan. Aku kasihan dengan Ridwan. Ia terlihat capek. Cuaca hari ini memang panas. Kami berdua melepas lelah di masjid Sayyidina Hussain sekalian menunggu waktu dzuhur . "Dhan…setelah selesai sholat, kita kemana lagi?," tanya Ridwan. "Kita langsung pulang aja Wan, supaya terkejar waktu berbuka."

Akhirnya kami sampai dirumah. Ridwan langsung saja ke kamar mandi mencuci muka mendinginkan kepala yang rasanya sudah mendidih kepanasan. Kemudian ia tergeletak di kamar kelelahan. Sementara itu, aku masuk ke kamar. Kemudian terlihat Ridwan tertidur. Aku menuju dapur membuka lemari es. Lalu minum. "Ramadhan, kamu gak puasa lagi? Sampai kapan seperti ini terus?," hardik suara hati kecilku. Aku pun tak menggubris teguran itu. Melakukan apapun sesuai kehendak hati. Dalam hati ku, hanya kegersangan jiwa yang aku rasakan. Tidak seorang pun yang tahu apa yang terjadi denganku. Semua ini merupakan reaksi atas kekecewaanku dalam menjalani hidup.

***

Tiga tahun sudah, aku melewati bulan suci Ramadhan tanpa berpuasa. Menjalankan sholatku tanpa keikhlasan. Semua yang tampak aku lakukan hanyalah formalitas belaka. Dihadapan sahabat-sahabatku, aku sosok yang ahli ibadah dan taat pada perintah-perintah-Nya. Mereka tertipu oleh penampilan luarku. Akupun menghisap sebatang rokok, karena Ridwan masih tidur, dia tidak akan tahu. "Ah termenung lagi.. aku harus masak udah jam setengah lima," ketus batinku. Aku bergegas segera ke dapur memulai masak untuk berbuka puasa nanti.

Malam ini aku masih bertahan ikut tarawih. Walaupun itu terpaksa bagiku. Hanya sekedar ikut menyemarakkan jamaah tarawih. Mendengarkan tausiah-tausiah dijeda empat rakaat tarawih bagaikan angin lalu tak membekas dalam hatiku. Segala nasehat dan ucapan yang baik, hawa nafsuku terus menentangnya.

Aku berjalan menelusuri lorong gelap. Hanya hitam kelam yang tertangkap oleh mata. Berjalan perlahan-lahan mengikuti kehendak hati, tanpa tujuan. Beberapa kali aku terjatuh, entah benda apa yang selalu menghadang langkah pelanku. Bruuuk…! Ini yang ketujuh kali aku terjatuh hingga wajahku mencium tanah. Aku tersiksa sekali berjalan ditengah kegelapan. Mataku menangkap sebersit cahaya putih. Ternyata cahaya itu dari seorang kakek renta yang menggunakan jubah putih. Ia berjalan dengan sebuah tongkat untuk menopang tubuh rentanya ditangan kanan.

Kakek itu berjalan lambat sekali. Ada harapan bagiku, untuk sebagai teman satu perjalanan menelusuri lorong gelap ini. aku berlari kecil mengejar kakek itu. Namun, sampai tak kunjung jua aku dapat mengejanya. Sampai aku merasa lelah. Aku berteriak memanggil kakek itu. Aku menangis memohon untuk tidak meninggalkanku sendirian. Aku meronta-ronta memelas. Tubuh sang kakek hilang ditelan kegelapan. Hingga sayup…sayup aku mendengar suara memanggilku.

"Dhan..Ramadhan…! bangun… bangun…, kamu kenapa?," tubuhku digoyang-goyang oleh Ridwan. Aku bangkit kemudian terdiam. "Kamu kenapa menangis Dhan?! Teriak-teriak dan meronta seperti itu?" Aku masih terdiam. Memikirkan apa yang baru saja aku alami. Tubuhku terasa lelah. Air mataku basah membanjiri pipiku. Hanya sebuah mimpi namun begitu nyata di hadapanku. "Minum dulu Dhan, nih..," ridwan menyuguhkan segelas air putih. "Kamu mimpi buruk yach?," tanya Ridwan. "Nggak tau Wan…aku juga masih bingung, kenapa mimpi seperti itu.. rasanya ngeri sekali wan," aku masih merinding penuh rasa takut.

Malam selanjutnya, aku pun bermimpi lagi. Kali ini aku mampu mengejar kakek itu. Kemudian menuntun aku menyelusuri lorong gelap. Hingga sampailah di ujung jalan yang bercabang dua. "Anak muda… aku hanya bisa mengantarmu sampai disini." Kakek itu diam sejenak. "Anak muda… kamu mempunyai dua pilihan. Meneruskan perjalan ke kiri atau ke kanan. Nasibmu ditentukan oleh pilihanmu sendiri," kakek itu berpesan. Aku memutuskan memilih jalan kekiri dan terus menelusurinya. Aku tidak mendapatkan apa-apa di penghujung jalan ini. Aku pun kembali. Kemudian aku mengikuti jalan cabang ke kanan. Namun, aku hanya menemukan jalan buntu. Kemudian aku terduduk lesu. Lelah. Pasrah tiada harapan dapat keluar dari tempat yang gelap gulita ini. Hanya kegelapan di sekeliling ku. Aku baru sadar kemana kakek itu pergi berpisah denganku? Ia meninggalkanku sendirian disini. Keherananku lenyap berganti rasa takut yang menyergap jiwaku. Aku semakin menggigil ketakukan. Tak dapat keluar dari lorong gelap ini.

"Dhan…! Ramadhan…! Ramadhan…! Bangun, bangun." Aku dikejutkan oleh teriakan orang yang memanggil ku. Seketika akupun bangkit. Wajahku bercucuran keringat dingin. Suara itu ternyata suara Ridwan yang membangunkan aku.

***

Aku duduk termenung. Aku ingat kembali kejadian-kejadian dalam mimpi. Keadaan lorong gelap yang panjang, kemudian terdapat dua cabang lorong. ada sesuatu yang berbeda ketika aku memasuki dua lorong itu. Aku merasakan ini menggambarkan suasana hati ku saat ini. ketika aku memasuki lorong cabang kiri hatiku terasa nyaman dan tenang ketika aku memasuki lorong kanan, jiwaku terasa gersang. Dendam dan amarah yang bercampur dengan kegelisahan hati, kegersangan jiwa. Aku segera mengambil air wudhu, kemudian menunaikan sholat malam. Aku mencoba meresapi setiap bacaan dalam sholatku. Kemudian aku duduk berdzikir. Merenung kembali kejadian masa lalu yang membuat aku memusuhi-Nya. Hanya karena seorang wanita yang aku cintai, dikehendaki kembali kesisiNya lebih awal. Aku tidak terima dengan kenyataan hidup ini. Baru aku sadari, aku marah kepadaNya dan juga memusuhiNya merugikan diriku sendiri. Hatiku mati, jiwaku tandus. Hanya bagaikan mayat hidup yang berjalan diatas permukaan bumi.

"Wah..wah..wah… Dhan, dirimu hari ini terlihat cerah banget sih," puji Ridwan.

"Wangi lagi," sambungnya.

"Ah masak gitu wan, bukannya aku tiap hari tetap seperti ini?"

"Dhan… jangan-jangan kamu dapat anugerah lailatul qadar yach."

"Ah sembarangan kamu ngomong Wan, masak orang kayak aku bisa dapat kayak gitu. Emangnya tadi malam 17 Ramadhan yach?."

"Ya ampun Dhan…ya iyalah masak ya iya dong". Jawab ridwan tersenyum.

Dalam hatiku berkata, "apa benar yang dikatakan Ridwan?" Memang pada hari ini hatiku terasa lebih leluasa. Lebih segar dan hidup. Serasa tanpa ada beban yang menghimpit. Aku menjalankan puasa hari ini karena berharap mendapatkan ridho-Nya. Rasa kesal, marah dan dendam ku kepada-Nya sama sekali tidak terasa. Hanya tasbih, tahmid dan takbir yang mengalun-alun dalam ruang hatiku.

Ada yang mengganjal dalam hatiku. Siapa kakek berbaju putih yang dua hari ini muncul dalam hatiku. Aku tidak mengenal kakek itu. suara kakek itu sangat istimewa sekali bagiku. Nada bicaranya yang halus namun menggetarkan. Terima kasih kakek, karenamu aku sadar. Bahwa selama ini aku menzalimi diriku sendiri. Dan mendurhakai-Nya.

Sisa Ramadhan pada tahun ini tidak akan aku sia-siakan. Teriknya matahari yang memanggang negeri seribu menara ini tidak meluluhkan niat dan ketulusanku untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Sholatku, puasaku dan semua ibadahku hanya untuk-Nya. Ramadhan kali ini bagaikan setetes embun yang menyejukkan hatiku.
Baca Selengkapnya...!

Bengkel Karya SMART

Sabtu, 06 September 2008
Karya di bawah ini adalah tulisan salah seorang peserta SMART. Tulisan ini kami posting di sini agar dikoreksi dan dikomentari oleh kawan-kawan semua anggota SMART. Untuk itu kami hanya memasukkan tulisan ini apa adanya (tanpa edit) sebagaimana file yang kami terima dari penulis. So, silahkan bagi kawan-kawan semua untuk membengkelnya...!

Mendingan aku menulis saja.
By. Didi suardi

Aduh teman-temanku sudah banyak yang menulis, dan karya-karyanya sudah cukup lumayan banyak, sedagkan aku baru beberapa gelintiran, kadang aku malu juga sama teman-teman. Tapi aku sadar mereka lebih kompeten dibanding diri saya peribadi, yah… mulai saat ini dan akan datang aku akan berusaha semakin rajin, rajin, dan rajin dalam menulis dan berkarya, tapi dari mana aku harus memulai menulis? di depan komputer saja jarang, baca buku pun alas-alasan. Aku emang orangnya pemalas. Entah apa yang membuat aku jadi begini. Tapi aku sadar pada diriku dan aku ga akan menyalahkan siapa-siapa. Kemalasanku karna akibat kebiasaanku, sungguh aneh memang seorang pemalas seperti aku ini ingin jadi super hero yang pada suatu saat bisa diundang kemana-kemana, senangnya bisa seperti mereka yang sukses dan meraih cita-citnya denagn penuh kebanggaan.

Aku teringat pesan kedua orang tuaku saat aku akan berangakat ke mesir mereka berpesan " jadilah kebanggan dirimu dan masa depanmu" saat ini, ketika aku menuliskan artikel ini aku sempat ingin menangis, menagis dan trerus menagis. Air mataku yang terus mengenang di sudut mata, setetes demi setetes terus bercucuran, suaraku semakin serak, aku ingin sekali mencurahkan rasa penyesalanku saat ini ke dalam bentuk tangisan. Tapi aku tidak yakin dengan tangisanku ini aku mampu menebus ketertinggalanku, kelalayanku, dan kebodohanku, tidak! Aku tak boleh menagis, apa lagi mengeluh, aku ini sudah besar, dan tangisan bukanlah jalan keluar yang mampu menyeleseikan masalah bukan pula suatu alat yang dapat mengembalikan kemasa lalu, tangisan hanya aplikasi sebuah rasa penyesalan saja.

Yeeesss!... mari teman-teman kita berjuang, saling memberi semangat dan motivasi, Mungkin dengan menulis ini akan menjadi peluang di masa depan dan juga ladang amal buat kita setelah meninggal nanti. Amiin

11.17 minggu, 06 september 2008
Baca Selengkapnya...!

Bengkel Karya SMART

Rabu, 03 September 2008
KSATRIA GREYSTONE [Bag. 1]
Oleh: Abid Abdul Mun'im

Kabut tipis menyelimuti rawa Greystone, merembes sampai ke celah-celah bebatuan granit. Dingin dan senyap. Hewan-hewan nokturnal mulai keluar dari sarangnya. Seekor viper (ular derik) merayap diantara akar konifer, disalah satu cabang pohon jenis pinus tersebut bertengger masked owl (jenis burung hantu). Pupil matanya berkilap memantulkan cahaya bulan. Jika membaca gerak tubuhnya jelas sekali ia sedang membidik sasaran, seekor cecurut yang sedang melahap cacing tanah.

Cahaya redup-terang silih berganti menyeruak dari rekahan gundukan tanah di sela-sela rumput liar yang kini mulai menguning. Mendekat lebih dalam terdengar bunyi musik diiringi derik trio jangkrik menghasilkan bentuk irama orkestral yang unik. Kumbang menari bersama beberapa serangga air. Lebah madu menuangkan royal jelly kedalam gelas dari kelopak bunga, Julus si kaki seribu mengitari area pesta, hentakan kaki-kakinya menambah riuh suasana, dipunggungnya anak-anak semut bersorak kegirangan. Tictus si kutu memainkan sulapnya. Kunang-kunang bergelantungan diatas panggung, sebagian menari membentuk aneka ragam formasi, menyinari balairung luas milik Antius Alpha, Jenderal tertinggi tentara semut dari klan Red Ants.

Malam ini adalah perayaan kemenangan sebuah perang besar, sedikit dibandingkan dengan kekalahan-kekalahan dibanyak medan pertempuran lain. Merayakan sebuah kesuksesan menahan agresi diktator Nassutz Termitius, pemimpin bangsa rayap dari koloni Subterranean Termite yang telah dua kali berusaha menguasai Chameleon Base, salah satu kota garnisun milik klan Red Ants. terletak dibagian barat Greystone.

Seekor perwira semut tiba-tiba berdiri, tubuhnya sudah tidak lengkap lagi. Tangan kanan dan sebelah sungutnya putus. Ia ingin menceritakan bagaimana pasukannya mengalahkan legiun musuh.

Setelah memperkenalkan diri, mulailah ia bercerita.

“Ketika itu di hutan rumput, Gramini, sudah lima hari kontak kami terputus dengan komando utama”, sang perwira membuka kisah, suaranya parau. Berikutnya ia melanjutkan.

Pagi yang dingin hingga sanggup membekukan ujung sungutmu. Kabut mengembun, berkumpul dan menempel di badan, membuat kondisi kian mencekam. aku bahkan tak dapat lagi merasakan tanganku yang sedang menggenggam tongkat komando. Ransum makanan mulai menipis, pasukan terlihat kelelahan. Namun misi kami sudah jelas. Memotong jalur logistik musuh.

Aku menunjuk seekor prajurit muda untuk melakukan scouting, mengumpulkan informasi kondisi medan, posisi dan jumlah kekuatan musuh. Setelah menerima instruksiku iapun keluar dari balik rumpun.

Dua jam berlalu, prajurit itu belum kembali. Aku mulai khawatir. Efesiensi pasukan sangat penting bagiku. Pasukan kami cuma 1 unit Peltarion, berfungsi sebagai skirmisher (penahan serangan musuh), 2 unit pasukan pemanah (semut bersayap pembawa misil/racun) serta 1 unit pasukan utama, Phalanx, pendobrak. Maka kuputuskan dua prajurit untuk menjemput si mata-mata.

Matahari telah condong ke barat, tatkala ketiga prajurit kembali. Seluruh komandan pasukan sudah berkumpul menunggu pengarahanku. Seekor prajurit melaporkan saat ini pasukan musuh sedang melintasi rute yang biasa dilalui pedagang antar klan serangga, artinya malam ini mereka akan melewati tepi lembah pasir, atau setidaknya berkemah didekat lembah tersebut.

Ia melanjutkan laporannya bahwa kekuatan musuh terdiri dari 4 unit Elite Nasute, 2 unit Peltash (peltarion) yang mengawal 20 kumbang badak pengangkut ransum dan obat-obatan, serta pekerja konstruksi dan paramedik. Kalau dihitung secara statistik pasukan mereka sungguh lebih unggul secara persenjataan dan pengalaman perang dibanding kekuatan kami. Selain itu Nassutz Termitius sangat licik, biasanya para pekerja konstruksi dan paramedis dipersenjatainya dan memperoleh pelatihan militer, menjadikan mereka memiliki fungsi ganda. Dimata Lord Nassutz, para pekerja adalah prajurit, Hoplite.

Melakukan serangan frontal sekaligus tidak akan berguna. Maka kami harus memanfaatkan topologi dan kondisi alam yang ada. Aku menyadari bahwa tugasku hanya menghambat dan memotong jalur logistik, bukan menghancurkan pasukan musuh.

Para perwira berdebat mengenai strategi yang akan dipakai, sebagian menginginkan pertarungan konvensional, all out. Tetapi aku memutuskan penyerangan dengan taktik hit and run saja. Karena pasukan kami yang terbatas diperparah dengan moral yang menurun lantaran ransum yang menipis. Penyergapan dilakukan malam ini dengan tigaperempat kekuatan. Tujuannya untuk mengetahui kekuatan lawan dan merampas sebagian ransum, sekaligus demoralisasi pasukan musuh.

Setelah briefing singkat dan penentuan posisi, pasukan mulai bergerak kearah bukit diatas perkemahan musuh. Dengan aba-aba dariku setengah dari Phalanx yang jumlah perunitnya seratus delapanpuluh prajurit itu merangsek ke perkemahan musuh. Gelombang kedua, pasukan pemanah menyerbu masuk mengangkut ransum-ransum makanan, sementara Peltarion menahan pasukan musuh yang mulai menyusun kekuatan. Pasukan pekerja konstruksi lari tunggang-langgang. Sedetik kemudian terompet tanda penarikan mundur pasukan membahana, memecah kepanikan. Para penyergap kembali kekegelapan rimbunan hutan Gramini.

Pasukan berhasil keluar dari medan pertempuran dengan luka-luka yang tidak seberapa. Kerugian dipihak musuh terlihat jelas, beberapa kumbang pengangkut terjebak kedalam pasir. Penyergapan ini merupakan terapi kejut yang menggoyahkan semangat dan moral musuh. Sebuah kesuksesan yang gemilang.

Barikade disekitar perkemahan musuh telah dibangun. Taktik gerilya ini tak bisa diterapkan sekali lagi. Musuh pasti sudah membacanya. Barikade tersebut memang efektif menahan serangan bergaya ‘serang lalu kabur’ seperti yang kulakukan malam tadi. Kali ini aku harus menemukan titik kelemahan mereka, segera.

Kuperhatikan ternyata pasir merupakan musuh alami serangga bertubuh tambun dengan kaki-kaki yang ramping. Sifat ‘renyah’ pasir membuat gerakan mereka menjadi lamban sehingga rawan terhadap serangan. Pertanyaannya, bagaimana membuat kumbang-kumbang badak itu terjebak dalam lembah pasir, sementara pasukan elit musuh masih sangat kuat?

Terus terang, aku tidak suka berurusan dengan Elite Nasute yang terkenal kejam itu. Ditambah lagi penglima mereka adalah yang bertanggungjawab ‘menyapu’ kota Karang Kecil diutara Greystone tahun lalu. Mayor Predatius Mandibyle.

Sedangkan aku adalah perwira ‘karbitan’ yang memperoleh kenaikan pangkat luar biasa ketika menyelamatkan setengah penduduk kota Karang Kecil dari aneksasi sang mayor.

Tak bisa kubayangkan keberingasan tentara Mandibyle saat memasuki kota. Ia mengelompokkan penduduk menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama, penduduk non semut. Kelompok kedua, semut pekerja, betina dan anak-anak (larva). Kelompok ketiga, semut prajurit dan bangsawan, termasuk ratu.

Sangat terang dalam ingatanku tatkala sang mayor menggiring kelompok ketiga dalam sebuah lubang maut, sarang para Wasp, termasuk klan tawon penyengat paling biadab. Ratu semut yang sudah terluka parah diseret dengan taring-taring mereka yang kotor, dijebloskan dengan paksa kedalam lubang gelap yang sempit itu. Jeritannya menyayat hati. Kemudian satu persatu prajurit-prajurit yang tertangkap mereka lemparkan kedalamnya. Sungguh keji dan tanpa belas kasih.

Ketika aku dilemparkan kedalam sarang maut itu, aku melihat sebuah celah sempit diantara tumpukan mayat koloni bangsaku. Kupaksakan tubuh kecilku keluar. Aku tidak peduli lagi pada sungutku yang rusak. Sisa tenagaku hanya untuk satu hal. Menyelamatkan semua yang dapat diselamatkan.

Tiba-tiba ide itu memecah lamunanku, memisahkan unit tentara musuh. Unit Nasute merupakan pasukan pendobrak, jika aku dapat memancing mereka keluar dari barikade pertahanan, mungkin selanjutnya pasukan lain dapat mengatasi dua unit Peltash dan pasukan Hoplite.

Semua unit Peltarion dan Phalanx masing-masing kubagi dua, grup Alfa dan Zulu. kemudian satu unit pasukan pemanah kutempatkan pada kedua grup pasukan yang sekarang lebih ramping namun fresh dan solid.

Pagi ini grup Alfa telah berada pada jarak jangkauan panah diluar barikade. Yel-yel diteriakkan. Hujan anak panah meluncur, hampir sepertiga tentara gabungan Elite Nasute jatuh menggelepar ketika mereka mulai terintimidasi keluar dari barikade pertahanan. Seluruh Elite Nasute memburu pasukan pemanah, insting sebagai pasukan pendobrak mempengaruhi kecepatan jelajahnya yang dahsyat.

Predatius Mandibyle mengira grup Alfa adalah seluruh pasukanku. Maka ia sendiri yang memimpin perburuan ini. Sesuai kode yang kuberikan, unit Peltarion grup Zulu bergabung dengan pasukan yang sama di grup Alfa. Begitu pula dengan seluruh pasukan pemanah. Misil racun beterbangan kearah pasukan Mandibyle, sementara Peltarion menahan gerak musuh.

Phalanx memutar arah mengitari bukit. Prioritas utama adalah melumpuhkan kumbang pengangkut. Dengan manuver kilat pasukan pendobrak ini menyergap Peltash yang sedang lengah didalam barikade, terus merangsek masuk membuat kumbang-kumbang badak berlarian menjauh kearah lembah pasir. Kaki-kaki serangga gemuk itu terperosok kedalam pasir. Skak mat! Unit Hoplite dari gabungan paramedik dan pekerja konstruksi sudah mengangkat bendera putih.

Disudut lain pertempuran aku sedang bergumul dengan Elite Nasute. Belum jelas kemenangan ada dipihak siapa. Pertarungan melee alias man-to-man combat tak terelakkan. Sekarang aku berhadapan langsung dengan Mandibyle. Ukuran tubuhnya dua kali lipat tubuhku. Aku tak tahu bagaimana keluar dari dilema ini. Sejurus kemudian taringnya mencabik tangan kananku, aku hanya membutuhkan seperseribu detik kesempatan untuk menancapkan sengatku ketubuhnya. Seketika badan kekar sang mayor terjerembab. Jeritannya menggema, para nasute terpana.

Setelah aku mengkonsolidasi pasukan dan menginventarisir rampasn perang, kemudian aku kembali ke ibukota melaporkan hasil misi kami di lembah pasir.

Pertarungan memperebutkan lembah Greystone belum berakhir. Nassutz Termitius sedang menyusun strategi baru, berkoalisi dengan klan Wasp. Jika aliansi ini benar-benar terwujud, berarti kita berhadapan dengan dua kekuatan yang amat berbahaya. Sekarang kita bukan hanya membutuhkan aliansi, tetapi juga sebuah tekad yang membaja, semangat yang membara untuk bebas dari cengkraman penjajah. Sang perwira mengakhiri pengalamannya.

Kemenangan sejati bukanlah penguasaan dan perusakan atas hak individu yang lain, melainkan kemampuan menjaga keseimbangan hak dan kewajiban individu. Disini terbukti, peperangan adalah sebuah arena kekacauan yang konstan, seorang panglima pemenang adalah dia yang dapat mengendalikan kekacauan tersebut, kekacauannya dan kekacauan musuhnya. Dia yang belum pernah merasakan pahitnya sebuah kekalahan, tidak tahu bagaimana merasakan manisnya kemenangan. Sedangkan jenderal yang brilian adalah ia yang benar-benar mengenal dan mengetahui siapa musuhnya.[]

Baca Selengkapnya...!

Makalah

Mengenal Dunia Jurnalistik;
Definisi, Sejarah dan Idealisme Seorang Jurnalis*

Diracik oleh: M. Luthfi al-Anshori

Prolog

* Menulis itu ibarat naik sepeda. Tidak ada teori dan teknik khusus yang bisa menjadikan seseorang mahir naik sepeda kecuali latihan dan “kebiasaan”.

* Menulis juga ibarat berenang. Sesering apa pun Anda membaca buku-buku atau menyimak ceramah tentang teknik berenang, Anda tidak akan bisa menjadi perenang jika tidak “nyebur” langsung di kolam renang dan berlatih.

* Writing is a prosess — Kerja intelektual yang membutuhkan keahlian khusus (writing technique), latihan, kejelian, daya nalar, wawasan, referensi, etika, waktu, dan… kesabaran.

* Communication is the Goal. The reason for putting words on paper in the first place is to communicate, to convey ideas, information, or impressions from your mind to the minds of your readers.

* Clarity is the Keynote of Good Writing. The goal of communication is clarity. What you have written has not be misunderstood.[1]

Pengertian Jurnalistik

Definisi jurnalistik sangat banyak dan beragam. Namun pada hakekatnya, definisi-definisi yang dicetuskan oleh para pakar komunikasi maupun jurnalistik itu mempunyai sebuah titik persamaan. Secara etimologi, jurnalistik (journalistic) berarti kewartawanan atau hal-ihwal pemberitaan. Kata dasarnya “jurnal” (journal), artinya laporan atau catatan, atau “jour” dalam bahasa Prancis yang berarti “hari” (day) atau “catatan harian” (diary). Dalam bahasa Belanda journalistiek artinya “penyiaran catatan harian”.

Istilah jurnalistik erat kaitannya dengan istilah pers dan komunikasi massa. Jurnalistik adalah seperangkat atau suatu alat madia massa. Jurnalistik mempunyai fungsi sebagai pengelolaan laporan harian yang menarik minat khalayak, mulai dari peliputan sampai penyebarannya kepada masyarakat mengenai apa saja yang terjadi di dunia. Apapun yang terjadi baik peristiwa faktual (fact) atau pendapat seseorang (opini), untuk menjadi sebuah berita kepada khalayak.

Jurnalistik adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan atau pelaporan setiap hari. Jadi jurnalistik bukan pers, bukan media massa. Menurut kamus, jurnalistik diartikan sebagai kegiatan untuk menyiapkan, mengedit, dan menulis surat kabar, majalah, atau berkala lainnya.

Untuk lebih jelasnya apa yang dimaksud dengan jurnalistik, dibawah ini adalah definisi dari para tokoh tentang jurnalistik seperti yang di rangkum oleh Kasman dalam bukunya “Jurnalisme Universal; Menelusuri Prinsip-Prinsip Da’wah Bi Al-Qalam dalam Al-Qur’an, bahwa jurnalistik adalah:

M. Djen Amar, jurnalistik adalah usaha memproduksi kata-kata dan gambar-gambar yang dihubungkan dengan proses transfer ide atau gagasan dengan bentuk suara, inilah cikal bakal makna jurnalistik sederhana. Pengertian menurut Amar juga dijelaskan oleh Sumadiria bahwa, jurnalistik adalah kegiatan mengumpulkan, mengolah, dan menyebarkan berita kepada khalayak seluas-luasnya.

M. Ridwan, jurnalistik adalah suatu kepandaian praktis mengumpulkan, mengedit berita untuk pemberitaan dalam surat kabar, majalah, atau terbitan-terbitan berkala lainnya. Selain bersifat ketrampilan praktis, jurnalistik merupakan seni.

Adinegoro, jurnalistik adalah semacam kepandaian karang-mengarang yang pokoknya memberi perkabaran pada masyarakat dengan selekas-lekasnya agar tersiar seluas-luasnya. Sedang menurut Summanang, mengutarakan lebih singkat lagi, jurnalistik adalah segala sesuatu yang menyangkut kewartawanan.

Erik Hodgins (Redaktur Majalah Time), jurnalistik adalah pengiriman informasi dari sini ke sana dengan benar, seksama, dan cepat, dalam rangka membela kebenaran dan keadilan.

Haris Sumadiria, pengertian secara teknis, jurnalistik adalah kegiatan menyiapkan, mencari, mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan menyebarkan berita melalui media berkala kepada khalayak seluas-luasnya dengan secepat-cepatnya.

Menurut A.Muis dan Edwin Emery yaitu; A. Muis (pakar hukum komunikasi) mengatakan bahwa definisi tentang jurnalistik cukup banyak. Namun dari definisi-definisi tersebut memiliki kesamaan secara umum. Semua definisi jurnalistik memasukan unsur media massa, penulisan berita, dan waktu yang tertentu (aktualitas). Menurut Edwin Emery juga sama mengatakan dalam jurnalistik selalu harus ada unsur kesegaran waktu (timeliness atau aktualitas). Dan Emery menambahkan bahwa seorang jurnalis memiliki dua fungsi utama. Pertama, fungsi jurnalis adalah melaporkan berita. Kedua, membuat interpretasi dan memberikan pendapat yang didasarkan pada beritanya.

Menurut Ensiklopedi Indonesia, jurnalistik adalah bidang profesi yang mengusahakan penyajian informasi tentang kejadian dan atau kehidupan sehari-hari (pada hakikatnya dalam bentuk penerangan, penafsiran dan pengkajian) secara berkala, dengan menggunakan sarana-sarana penerbitan yang ada.[2]

Sejarah Jurnalistik

Jurnalistik memiliki sejarah yang sangat panjang. Dalam situs ensiklopedia, www.questia.com tertulis, jurnalisme yang pertama kali tercatat adalah di masa kekaisaran Romawi kuno, ketika informasi harian dikirimkan dan dipasang di tempat-tempat publik untuk menginformasikan hal-hal yang berkaitan dengan isu negara dan berita lokal. Seiring berjalannya waktu, masyarakat mulai mengembangkan berbagai metode untuk memublikasikan berita atau informasi.

Pada awalnya, publikasi informasi itu hanya diciptakan untuk kalangan terbatas, terutama para pejabat pemerintah. Baru pada sekira abad 17-18 surat kabar dan majalah untuk publik diterbitkan untuk pertama kalinya di wilayah Eropa Barat, Inggris, dan Amerika Serikat. Surat kabar untuk umum ini sering mendapat tentangan dan sensor dari penguasa setempat. Iklim yang lebih baik untuk penerbitan surat kabar generasi pertama ini baru muncul pada pertengahan abad 18, ketika beberapa negara, semisal Swedia dan AS, mengesahkan undang-undang kebebasan pers.

Industri surat kabar mulai menunjukkan geliatnya yang luar biasa ketika budaya membaca di masyarakat semakin meluas. Terlebih ketika memasuki masa Revolusi Industri, di mana industri surat kabar diuntungkan dengan adanya mesin cetak tenaga uap, yang bisa menggenjot oplah untuk memenuhi permintaan publik akan berita.

Seiring dengan semakin majunya bisnis berita, pada pertengahan 1800-an mulai berkembang organisasi kantor berita yang berfungsi mengumpulkan berbagai berita dan tulisan untuk didistribusikan ke berbagai penerbit surat kabar dan majalah.

Kantor berita bisa meraih kepopuleran dalam waktu sangat cepat. Pasalnya, para pengusaha surat kabar dapat lebih menghemat pengeluarannya dengan berlangganan berita kepada kantor-kantor berita itu daripada harus membayar wartawan untuk pergi atau ditempatkan di berbagai wilayah. Kantor berita lawas yang masih beroperasi hingga hari ini antara lain Associated Press (AS), Reuters (Inggris), dan Agence-France Presse (Prancis).

Tahun 1800-an juga ditandai dengan munculnya istilah yellow journalisme (jurnalisme kuning), sebuah istilah untuk “pertempuran headline” antara dua koran besar di Kota New York. Satu dimiliki oleh Joseph Pulitzer dan satu lagi dimiliki oleh William Randolph Hearst.

Ciri khas jurnalisme kuning adalah pemberitaannya yang bombastis, sensasional, dan pemuatan judul utama yang menarik perhatian publik. Tujuannya hanya satu: meningkatkan penjualan! Jurnalisme kuning tidak bertahan lama, seiring dengan munculnya kesadaran jurnalisme sebagai profesi.

Sebagai catatan, surat kabar generasi pertama di AS awalnya memang partisan, serta dengan mudah menyerang politisi dan presiden, tanpa pemberitaan yang objektif dan berimbang. Namun para wartawannya kemudian memiliki kesadaran bahwa berita yang mereka tulis untuk publik haruslah memiliki pertanggungjawaban sosial.

Kesadaran akan jurnalisme yang profesional mendorong para wartawan untuk membentuk organisasi profesi mereka sendiri. Organisasi profesi wartawan pertama kali didirikan di Inggris pada 1883, yang diikuti oleh wartawan di negara-negara lain pada masa berikutnya. Kursus-kursus jurnalisme pun mulai banyak diselenggarakan di berbagai universitas, yang kemudian melahirkan konsep-konsep seperti pemberitaan yang tidak bias dan dapat dipertanggungjawabkan, sebagai standar kualitas bagi jurnalisme profesional.

Bagaimana dengan di Indonesia? Tokoh pers nasional, Soebagijo Ilham Notodidjojo dalam bukunya “PWI di Arena Masa” (1998) menulis, Tirtohadisoerjo atau Raden Djokomono (1875-1918), pendiri mingguan Medan Priyayi yang sejak 1910 berkembang jadi harian, sebagai pemrakarsa pers nasional. Artinya, dialah yang pertama kali mendirikan penerbitan yang dimodali modal nasional dan pemimpinnya orang Indonesia.

Dalam perkembangan selanjutnya, pers Indonesia menjadi salah satu alat perjuangan kemerdekaan bangsa ini. Haryadi Suadi menyebutkan, salah satu fasilitas yang pertama kali direbut pada masa awal kemerdekaan adalah fasilitas percetakan milik perusahaan koran Jepang seperti Soeara Asia (Surabaya), Tjahaja (Bandung), dan Sinar Baroe (Semarang) (”PR”, 23 Agustus 2004).

Menurut Haryadi, kondisi pers Indonesia semakin menguat pada akhir 1945 dengan terbitnya beberapa koran yang mempropagandakan kemerdekaan Indonesia seperti, Soeara Merdeka (Bandung), Berita Indonesia (Jakarta), dan The Voice of Free Indonesia.

Seperti juga di belahan dunia lain, pers Indonesia diwarnai dengan aksi pembungkaman hingga pembredelan. Haryadi Suadi mencatat, pemberedelan pertama sejak kemerdekaan terjadi pada akhir 1940-an. Tercatat beberapa koran dari pihak Front Demokrasi Rakyat (FDR) yang dianggap berhaluan kiri seperti Patriot, Buruh, dan Suara Ibu Kota dibredel pemerintah. Sebaliknya, pihak FDR membalas dengan membungkam koran Api Rakjat yang menyuarakan kepentingan Front Nasional. Sementara itu pihak militer pun telah memberedel Suara Rakjat dengan alasan terlalu banyak mengkritik pihaknya.

Jurnalisme kuning pun sempat mewarnai dunia pers Indonesia, terutama setelah Soeharto lengser dari kursi presiden. Judul dan berita yang bombastis mewarnai halaman-halaman muka koran-koran dan majalah-majalah baru. Namun tampaknya, jurnalisme kuning di Indonesia belum sepenuhnya pudar. Terbukti hingga saat ini masih ada koran-koran yang masih menyuguhkan pemberitaan sensasional semacam itu.

Teknologi dalam Jurnalisme

Kegiatan jurnalisme terkait erat dengan perkembangan teknologi publikasi dan informasi. Pada masa antara tahun 1880-1900, terdapat berbagai kemajuan dalam publikasi jurnalistik. Yang paling menonjol adalah mulai digunakannya mesin cetak cepat, sehingga deadline penulisan berita bisa ditunda hingga malam hari dan mulai munculnya foto di surat kabar.

Pada 1893 untuk pertama kalinya surat-surat kabar di AS menggunakan tinta warna untuk komik dan beberapa bagian di koran edisi Minggu. Pada 1899 mulai digunakan teknologi merekam ke dalam pita, walaupun belum banyak digunakan oleh kalangan jurnalis saat itu.

Pada 1920-an, surat kabar dan majalah mendapatkan pesaing baru dalam pemberitaan, dengan maraknya radio berita. Namun demikian, media cetak tidak sampai kehilangan pembacanya, karena berita yang disiarkan radio lebih singkat dan sifatnya sekilas. Baru pada 1950-an perhatian masyarakat sedikit teralihkan dengan munculnya televisi.

Perkembangan teknologi komputer yang sangat pesat pada era 1970-1980 juga ikut mengubah cara dan proses produksi berita. Selain deadline bisa diundur sepanjang mungkin, proses cetak, copy cetak yang bisa dilakukan secara massif, perwajahan, hingga iklan, dan marketing mengalami perubahan sangat besar dengan penggunaan komputer di industri media massa.

Memasuki era 1990-an, penggunaan teknologi komputer tidak terbatas di ruang redaksi saja. Semakin canggihnya teknologi komputer notebook yang sudah dilengkapi modem dan teknologi wireless, serta akses pengiriman berita teks, foto, dan video melalui internet atau via satelit, telah memudahkan wartawan yang meliput di medan paling sulit sekalipun.

Selain itu, pada era ini juga muncul media jurnalistik multimedia. Perusahaan-perusahaan media raksasa sudah merambah berbagai segmen pasar dan pembaca berita. Tidak hanya bisnis media cetak, radio, dan televisi yang mereka jalankan, tapi juga dunia internet, dengan space iklan yang tak kalah luasnya.

Setiap pengusaha media dan kantor berita juga dituntut untuk juga memiliki media internet ini agar tidak kalah bersaing dan demi menyebarluaskan beritanya ke berbagai kalangan. Setiap media cetak atau elektronik ternama pasti memiliki situs berita di internet, yang updating datanya bisa dalam hitungan menit. Ada juga yang masih menyajikan edisi internetnya sama persis dengan edisi cetak.

Sedangkan pada tahun 2000-an muncul situs-situs pribadi yang juga memuat laporan jurnalistik pemiliknya. Istilah untuk situs pribadi ini adalah weblog dan sering disingkat menjadi blog saja.

Memang tidak semua blog berisikan laporan jurnalistik. Tapi banyak yang memang berisi laporan jurnalistik bermutu. Senior Editor Online Journalism Review, J.D Lasica pernah menulis bahwa blog merupakan salah satu bentuk jurnalisme dan bisa dijadikan sumber untuk berita.[3]

Idealisme Seorang Jurnalis

Suatu kebahagiaan tersendiri ketika kita telah mengenal dan mengetahui bakat sendiri. Terlepas dari benar tidaknya perasaan tersebut, setidaknya hal tadi bisa menjadi modal untuk peningkatan rasa percaya diri yang penting untuk dimiliki sebelum memilih dan menetapkan jalan hidup yang akan ditempuh nantinya.

Menulis sendiri, terutama penulisan yang ditujukan buat konsumsi publik, merupakan aktivitas yang memerlukan kepercayaan diri tinggi. Bagaimana mungkin kita bisa meyakinkan orang lain lewat tulisan jika kita sendiri tidak yakin pada apa yang ditulis?

Untuk menjadi penulis yang idealis pun bisa bergantung pada keinginan, cita-cita serta idealisme yang kita pilih. Secara umum, idealisme seorang penulis bisa terletak pada penciptaan hasil karya yang orisinal. Bukan copy-cat ataupun menyadur karya penulis lain secara mentah–mentah untuk kemudian diakui sebagai karya miliknya.

Idealisme seorang penulis juga bisa bergantung pada jenis tulisan serta maksud dan konteks penulisan tersebut. Untuk konteks penulisan jurnalistik seperti peliputan misalnya, kita harus bisa menuliskan segala sesuatunya secara apa adanya. Benar–benar berdasarkan situasi dan kondisi real dalam kacamata yang obyektif. Meskipun terkadang unsur subjektif pun dibutuhkan untuk memberi kesan lebih personal pada tulisan serta untuk memberikan penilaian secara pribadi terhadap hal yang diangkat dalam tulisan tersebut. Misalnya ketika menulis tentang sebuah konser musik yang rame, maka kita harus menggambarkan tentang jalannya konser tersebut secara jujur berdasarkan keadaan di lapangan, meskipun band–band yang tampil pada konser tersebut bukan favorit kita.

Idealisme seorang penulis juga bisa terletak pada pemilihan tema tulisan, pencarian ide karya yang fresh dan orisinal, serta gaya dan karakter penulisan. Ada penulis yang akan selalu memilih tema hukum atau memasukkan unsur dan nuansa dunia bawah tanah ke dalam setiap novel yang di-tulisnya. Atau ada juga yang konsisten untuk selalu mencari ide–ide baru yang bersifat imajinatif atau fiksi untuk kemudian diolah ke dalam bentuk tulisan ketimbang berdasarkan pada situasi real yang saat ini terjadi misalnya. Semuanya bisa saja tergantung pilihan kita. Idealisme yang dimaksud di sini lebih kepada penulisan tanpa adanya pengaruh atau tekanan dari orang lain. Meskipun ada juga yang memilih berdasarkan pesanan pihak tertentu karena didorong oleh motif yang lain. Misal menulis suatu buku dengan tema yang menyesuaikan dengan tren favorit yang sedang digandrungi sebagian besar publik saat ini atas permintaan suatu penerbit. Hal ini pun sah saja, karena patut diingat juga bahwa selain misi tertentu yang dibawa oleh seorang penulis, banyak faktor lain yang bisa berpengaruh terhadap seorang penulis. Seperti faktor kontinuitas tulisan misalnya. Terutama buat mereka yang telah menggantungkan hidup sepenuhnya dari jalan penulisan ini. Selama karya yang ditulis bukan hasil jiplakan dan berdasarkan kebohongan atau pemutarbalikan suatu fakta.

Penulis tidak pasaran mungkin bisa diartikan kepada penulis yang memiliki gaya atau karakter tersendiri dalam menulis. Penilaian atas baik buruknya suatu karya bergantung pada penerimaan publik atau pasar. Meskipun pasar ini bisa terbagi atas pasar secara mayoritas yang ditandai oleh kesuksesan suatu penulis secara komersial ataupun pasar dengan segmentasi tertentu, seperti laku dan diminati hanya oleh suatu komunitas.

Gaya dan karakter penulisan bisa lahir dari suatu proses penulisan yang dilakukan secara kontinu berdasarkan wawasan serta pengalaman hidup seorang penulis. Sangat jarang seorang penulis langsung memiliki karakter kuat pada penulisan pertama mereka. Seorang penulis sekaliber Charles Dickens pun harus mengalami proses penolakan terlebih dahulu sebelum akhirnya sukses melahirkan karya–karya besar.

Untuk bisa mendapatkan karakter khas, bisa dimulai dengan meningkatkan kepekaan terhadap segala sesuatu. Kepekaan dibutuhkan untuk mampu mengikat pembaca lebih emosional terhadap suatu tulisan. Selain itu ada baiknya juga kalau kita mulai menambah wawasan dengan membaca berbagai buku sebanyak mungkin. Untuk menambah referensi sekaligus mencari inspirasi karakter penulisan. Kita pasti bisa membedakan antara terinspirasi atau terpengaruh dengan meniru.[4]

Epilog

“Dunia dalam dunia”. Itulah ungkapan yang akhirnya muncul dari benak penulis ketika mencermati fenomena alam yang diciptakan oleh para manusia. Bahwa dalam rangka mempertahankan eksistensinya masing-masing, manusia cenderung menciptakan dunia mereka sendiri-sendiri. Ada yang memilih untuk memasuki dunia jurnalistik. Ada yang memilih untuk masuk ke dalam dunia politik. Ada juga yang masuk dalam dunia remang-remang. Mungkin memang seperti itulah sunnatullah. Bahwa setiap manusia akan mencari komunitas atau dunia kecil mereka untuk dapat terus bertahan hidup dalam dunia besar mereka. Dan itu sah-sah saja, toh manusia juga dibekali dengan berbagai potensi dan bakat yang beraneka ragamnya.

Sementara dunia jurnalistik sendiri; pers, wartawan, koran, media, adalah sebagian kecil dari dunia-dunia kecil yang ternyata mempunyai akar sejarah yang sangat panjang. Maka bagi siapa saja yang memang benar-benar tertarik untuk memasuki dunia jurnalistik atau pers -yang kata sebagian besar pelakunya disebut dunia tanpa koma-, maka yang dibutuhkan adalah niat yang kuat, kerja keras, stamina yang prima, juga latihan dan belajar yang tak berkesudahan. Dan yang lebih penting lagi –menurut opini penulis-, bahwa apapun yang telah kita lakoni dalam episode kehidupan kita seyogyanya agar selalu dibarengi dengan niat yang benar. Setiap tulisan hakekatnya mempunyai ruh. Entah ia berbentuk apa, namun bagi seorang muslim, ruh sebuah tulisan itu ada dan terletak pada kejujuran dan keihklasan dalam proses menulis. Menulis untuk berdakwah. Menulis untuk transformasi ilmu. Menulis untuk berbagi informasi positif kepada sesama. Selamat menulis, selamat memasuki dunia tanpa koma, tanpa jeda. Sebab kalau rotasi bumi berjeda, maka kiamatlah sudah. Lalu, appa kata duniaa…??.[]

Catatan:
*) Materi ini disampaikan dalam acara Up-Grading Kru Buletin Prestasi Kelompok Studi Walisongo (KSW) di Griya Jawa Tengah pada hari Ahad, 7 Oktober 2007.

[1] ASM. Romli, makalah pada diklat menulis di Quadrant Writing Institute, Universitas Kebangsaan (UK) Bandung, April 2007.
[2] Disarikan dari makalah Dian Amalia; “Pengantar Ilmu Jurnalistik”, 26 April 2007.
[3] Data diperoleh dari situs Pikiran Rakyat.
[4] Dicuplik dari artikel Tim RESEARCH & DEVELOPMENT DIVISION SADSONIC LABS MANAGEMENT 2006.

Nb: Tulisan ini juga disarikan dari berbagai sumber lainnya.
Baca Selengkapnya...!

Kiat-kiat Menulis

Trik Menulis Feature
Oleh: O. Solihin

Para wartawan, biasanya mereka terbiasa menulis berita lurus (straight news; memaparkan peristiwa sesuai kaidah 5W + 1 H: What, Where, When, Who, dan Why + How). Dengan catatan, tak ada pendapat pribadi di situ. Meski di beberapa media ada juga wartawan yang akhirnya menyelipkan ‘pesan’ atau ‘penilaian’ pribadinya untuk berita tersebut. Selain menulis berita lurus, para wartawan juga dibekali keterampilan menulis feature.

Apa itu feature? Sebenarnya kalo Anda baca buku-buku tentang jurnalistik, belum ada rumusan tunggal tentang feature. Masing-masing ahli jurnalistik belum sepakat. Menurut penulis buku Jurnalistik Praktis, Asep Syamsul M Romli, ada beberapa ciri khas dari feature:

1. Tulisan yang mengandung unsur human interest. Tulisan feature memberikan penekanan pada fakta-fakta yang dianggap mampu menggugah emosi—menghibur, memunculkan empati dan keharuan. Dengan kata lain, sebuah feature juga harus mengandung segi human interest atau human touch—menyentuh rasa manusiawi. Karenanya, feature termasuk kategori soft news (berita ringan) yang pemahamannya lebih menggunakan emosi.

2. Tulisan tersebut mengandung unsur sastra. Satu hal penting dalam sebuah feature adalah ia harus mengandung unsur sastra. Feature ditulis dengan cara atau gaya menulis fiksi. Karenanya, tulisan feature mirip dengan sebuah cerpen atau novel—bacaan ringan dan menyenangkan—namun tetap informatif dan faktual. Karenanya pula, seorang penulis feature pada prinsipnya adalah seorang yang sedang bercerita.

Bagaimana trik atau cara menulis feature?

Sebetulnya hampir sama dengan teknik menulis artikel lainnya, hanya saja dalam menulis feature kita dituntut untuk lebih ‘menyentuh’ dan memberikan nuansa lain dari sekadar sebuah berita. Itu sebabnya, feature bisa berfungsi sebagai penjelasan atau tambahan untuk berita yang sudah disiarkan sebelumnya, memberi latar belakang suatu peristiwa, menyentuh perasaan dan mengharukan, menghidangkan informasi dengan menghibur, juga bisa mengungkap sesuatu yang belum tersiar sebagai berita.

Yang perlu mendapat perhatian dalam penulisan feature ini, adalah lead yang menarik. Nah, lead dalam feature inilah yang sepertinya penting, meski bukan pokok memang. Bahkan jangan lupa, selain lead, kita juga harus membuat tubuh dan endingnya dari tulisan tersebut. Sangat boleh jadi ‘ending’ sebuah feature sama pentingnya dengan lead. Jadi rasa-rasanya harus bisa menarik dan menggoda pembaca. Misalnya memberikan kesimpulan atau mungkin ada ‘celetukan’ atau sindiran yang menggoda pembaca. Di sinilah editor biasanya paling pusing untuk memotong tulisan jenis feature, nggak gampang lho. Sama sulitnya dengan ‘mengobrak-abrik’ naskah cerpen. Kenapa? Karena semua bagian dalam feature itu penting. Itu saja.

Nah, harus diakui bahwa yang terpenting dalam pembuatan tulisan berjenis feature ini adalah lead. Kekuatannya ada di sana. Lead ibarat pembuka jalan. Jadi upayakan benar-benar menarik dan mengundang rasa penasaran pembaca untuk terus membaca. Sebab, gagal dalam menuliskan lead pembaca bisa ogah meneruskan membaca. Gagal berarti kehilangan daya pikat. Itu sebabnya, penulis feature harus pintar betul menggunakan kalimatnya. Bahasa rapi, terjaga, bagus dan kelihaian dalam cara memancing itu haruslah jitu. Memang sih, tak ada teori yang baku tentang menulis lead sebuah feature. Semuanya berdasarkan pengalaman dan juga perkembangan.

taken from: http://www.penulislepas.com/v2/?p=120

Baca Selengkapnya...!

Kiat-kiat Menulis

Teknik Menulis Feature
oleh Farid Gaban (Pena) dan Putu Setia (Tempo)

Secara kasar karya jurnalistik bisa dibagi menjadi tiga:
* Stright/Spot/Breaking News -- berisi materi penting yang harus
segera dilaporkan kepada publik (sering pula disebut breaking news)
* News Feature -- memanfaatkan materi penting pada spot news, umumnya dengan memberikan unsur human/manusiawi di balik peristiwa yang hangat atau dengan memberikan latarbelakang (konteks dan perspektif) melalui interpretasi.
* Feature -- bertujuan untuk menghibur dan mendidik melalui explorasi elemen-elemen manusiawi (human interest).

Feature bisa berfungsi sebagai penjelasan atau tambahan untuk berita yang sudah disiarkan sebelumnya, memberi latar belakang suatu peristiwa, menyentuh perasaan dan mengharukan, menghidang kan informasi dengan menghibur, juga bisa mengungkap sesuatu yang belum tersiar sebagai berita.

Sambil tetap mempertahankan elemen penulisan berita tradisional (5W + 1H) feature juga bisa berfungsi sebagai penjelasan atau tambahan untuk berita yang sudah disiarkan sebelumnya, memberi latar belakang suatu peristiwa, menyentuh perasaan dan mengharukan, menghidang kan informasi dengan menghibur, juga bisa mengungkap sesuatu yang belum tersiar sebagai berita.

Meski umumnya enak dibaca, dan karenanya menghibur, feature kadang sarat dengan kadar keilmuan -- cuma pengolahannya secara populer. Juga dipakai untuk penulisan berita-berita yang dihasilkan dari pengumpulan bahan yang mendalam.

Dalam persaingan media yang kian ketat tak hanya antar media cetak melainkan juga antara media cetak dengan televisi, straight/spot news seringkali tak terlalu memuaskan. Spot news cenderung hanya berumur sehari untuk kemudian dibuang, atau bahkan beberapa jam di televisi. Spot news juga cenderung menekankan sekadar unsur elementer dalam
berita, namun melupakan latar belakang peristiwa.

Kita memerlukan berita yang lebih dari itu untuk bisa bersaing. Kita memerlukan news feature -- perkawinan antara spot news dan feature.

APAKAH FEATURE ITU?

Inilah batasan klasik mengenai feature: ''Cerita feature adalah
artikel yang kreatif, kadang kadang subyektif, yang terutama
dimaksudkan untuk membuat senang dan memberi informasi kepada pembaca tentang suatu kejadian, keadaan atau aspek kehidupan.''

Kreatifitas
-----------

Berbeda dari penulisan berita biasa, penulisan feature memungkinkan reporter ''menciptakan'' sebuah cerita.

Meskipun masih diikat etika bahwa tulisan harus akurat -- karangan fiktif dan khayalan tidak boleh -- reporter bisa mencari feature dalam pikirannya, kemudian setelah mengadakan penelitian terhadap gagasannya itu, ia menulis.

Informatif
----------

Feature, yang kurang nilai beritanya, bisa memberikan informasi kepada masyarakat mengenai situasi atau aspek kehidupan yang mungkin diabaikan dalam penulisan berita biasa di koran. Misalnya tentang sebuah museum atau kebun binatang yang terancam tutup.

Aspek informatif mengenai penulisan feature bisa juga dalam
bentuk-bentuk lain. Ada banyak feature yang enteng-enteng saja, tapi bila berada di tangan penulis yang baik, feature bisa menjadi alat yang ampuh. Feature bisa menggelitik hati sanubari manusia untuk menciptakan perubahan konstruktif.

Menghibur
---------

Dalam 20 tahun terakhir ini, feature menjadi alat penting bagi
suratkabar untuk bersaing dengan media elektronika.

Reporter suratkabar mengakui bahwa mereka tidak akan bisa
''mengalahkan'' wartawan radio dan televisi untuk lebih dulu sampai ke masyarakat. Wartawan radio dan TV bisa mengudarakan cerita besar hanya dalam beberapa menit setelah mereka tahu. Sementara itu wartawan koran sadar, bahwa baru beberapa jam setelah kejadian, pembacanya baru bisa tahu sesuatu kejadian -- setelah koran diantar.

Wartawan harian, apalagi majalah, bisa mengalahkan saingannya, radio dan TV, dengan cerita eksklusif. Tapi ia juga bisa membuat versi yang lebih mendalam (in depth) mengenai cerita yang didengar pembacanya dari radio.

Dengan patokan seperti ini dalam benaknya, reporter selalu mencari feature, terhadap berita-berita yang paling hangat. Cerita feature biasanya eksklusif, sehingga tidak ada kemungkinan dikalahkan oleh radio dan TV atau koran lain.

Feature memberikan variasi terhadap berita-berita rutin seperti
pembunuhan, skandal, bencana dan pertentangan yang selalu menghiasi kolom-kolom berita, feature bisa membuat pembaca tertawa tertahan.

Seorang reporter bisa menulis ''cerita berwarna-warni'' untuk
menangkap perasaan dan suasana dari sebuah peristiwa. Dalam setiap kasus, sasaran utama adalah bagaimana menghibur pembaca dan memberikan kepadanya hal-hal yang baru dan segar.

Awet
----

Menurut seorang wartawan kawakan, koran kemarin hanya baik untuk
bungkus kacang. Unsur berita yang semuanya penting luluh dalam waktu 24 jam. Berita mudah sekali ''punah'', tapi feature bisa disimpan berhari, berminggu, atau berulan bulan. Koran-koran kecil sering membuat simpanan ''naskah berlebih'' – kebanyakan feature. Feature ini diset dan disimpan di ruang tata muka, karena editor tahu bahwa nilai cerita itu tidak akan musnah dimakan waktu.

Dalam kacamata reporter, feature seperti itu mempunyai keuntungan
lain. Tekanan deadline jarang, sehingga ia bisa punya waktu cukup
untuk mengadakan riset secara cermat dan menulisnya kembali sampai mempunyai mutu yang tertinggi.

Sebuah feature yang mendalam memerlukan waktu cukup. Profil seorang kepala polisi mungkin baru bisa diperoleh setelah wawancara dengan kawan-kawan sekerjanya, keluarga, musuh-musuhnya dan kepala polisi itu sendiri. Diperlukan waktu juga untuk mengamati tabiat, reaksi terhadap keadaan tertentu perwira itu.

Subyektifitas
-------------

Beberapa feature ditulis dalam bentuk ''aku'', sehingga memungkinkan reporter memasukkan emosi dan pikirannya sendiri. Meskipun banyak reporter, yang dididik dalam reporting obyektif, hanya memakai teknik ini bila tidak ada pilihan lain, hasilnya bisa enak dibaca.

Tapi, reporter-reporter muda harus awas terhadap cara seperti itu. Kesalahan umum pada reporter baru adalah kecenderungan untuk
menonjolkan diri sendiri lewat penulisan dengan gaya ''aku''.
Kebanyakan wartawan kawakan memakai pedoman begini: ''Kalau Anda bukan tokoh utama, jangan sebut-sebut Anda dalam tulisan Anda.''

Singkat kata, berbeda dengan berita, tulisan feature memberikan
penekanan yang lebih besar pada fakta-fakta yang penting --
fakta-fakta yang mungkin merangsang emosi (menghibur, memunculkan
empati, disamping tetap tidak meninggalkan unsur informatifnya).
Karena penakanan itu, tulisan feature sering disebut kisah human
interest atau kisah yang berwarna.

MENCARI GAGASAN DAN JENIS-JENIS FEATURE

Ide feature itu bisa diperoleh dari berbagai hal. Bisa dari kelanjutan berita-berita aktual, bisa mendompleng hari-hari tertentu, atau profil tokoh yang sedang ramai dibicarakan. Yang penting ada newspeg (cantelan berita), karena feature bukan fiksi. Ia fakta yang ditulis dengan gaya mirip fiksi. Kita bisa menggali ide dengan menengok beberapa jenis feature di bawah ini

1. Feature kepribadian (Profil)

Profil mengungkap manusia yang menarik. Misalnya, tentang seseorang yang secara dramatik, melalui berbagai liku-liku, kemudian mencapai karir yang istimewa dan sukses atau menjadi terkenal karena kepribadian mereka yang penuh warna. Agar efektif, profil seperti ini harus lebih dari sekadar daftar pencapaian dan tanggal tanggal penting dari kehidupan si individu. Profil harus bisa mengungkap karakter
manusia itu.

Untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan, penulis feature tentang pribadi seperti ini seringkali harus mengamati subyek mereka ketika bekerja; mengunjungi rumah mereka dan mewawancara teman-teman, kerabat dan kawan bisnis mereka. Profil yang komplit sebaiknya disertai kutipan-kutipan si subyek yang bisa menggambarkan dengan pas karakternya. Profil yang baik juga semestinya bisa memberikan kesan kepada pembacanya bahwa mereka telah bertemu dan berbicara dengan sang tokoh.

Banyak sumber yang diwawancara mungkin secara terbuka berani
mengejutkan Anda dengan mengungkap rahasia pribadi atau anekdot
tentang si subyek. Tapi, banyak sumber lebih suka meminta agar
identitasnya dirahasiakan. Informasi sumber-sumber itu penting untuk memberikan balans dalam penggambaran si tokoh.

2. Feature sejarah

Feature sejarah memperingati tanggal-tanggal dari peristiwa penting, seperti proklamasi kemerdekaan, pemboman Hiroshima atau pembunuhan jenderal-jenderal revolusi. Koran juga sering menerbitkan feature peringatan 100 tahun lahir atau meninggalnya seorang tokoh.

Kisah feature sejarah juga bisa terikat pada peristiwa-peristiawa
mutakhir yang memangkitkan minat dalam topik mereka. Jika musibah
gunung api terjadi, Koran sering memuat peristiwa serupa di masa lalu.

Feature sejarah juga sering melukiskan landmark (monumen/gedung)
terkenal, pionir, filosof, fasilitas hiburan dan medis, perubahan
dalam komposisi rasial, pola perumahan, makanan, industri, agama dan kemakmuran.

Setiap kota atau sekolah memiliki peristiwa menarik dalam sejarahnya. Seorang penulis feature yang bagus akan mengkaji lebih tentang peristiwa-peristiwa itu, mungkin dengan dokumen historis atau dengan mewawancara orang-orang yang terlibat dalam peristiwa-peristiwa bersejarah.

3. Feature petualangan

Feature petualangan melukiskan pengalaman-pengalaman istimewa dan
mencengangkan -- mungkin pengalaman seseorang yang selamat dari sebuah kecelakaan pesawat terbang, mendaki gunung, berlayar keliling dunia pengalaman ikut dalam peperangan.

Dalam feature jenis ini, kutipan dan deskripsi sangat penting. Setelah bencana, misalnya, penulis feature sering menggunakan saksi hidup untuk merekontruksikan peristiwa itu sendiri. Banyak penulis feature jenis ini memulai tulisannya dengan aksi -- momen yang paling menarik dan paling dramatis.

4. Feature musiman

Reporter seringkali ditugasi untuk menulis feature tentang musim dan liburan, tentang Hari Raya, Natal, dan musim kemarau. Kisah seperti itu sangat sulit ditulis, karena agar tetap menarik, reporter harus menemukan angle atau sudut pandang yang segar. Contoh yang bisa dipakai adalah bagaimana seorang penulis menyamar menjadi Sinterklas di Hari Natal untuk merekam respon atau tingkah laku anak-anak di seputar hara raya itu.

5. Feature interpretatif

Feature dari jenis ini mencoba memberikan deskripsi dan penjelasan lebih detil terhadap topik-topik yang telah diberitakan. Feature interpretatif bisa menyajikan sebuah organisasi, aktifitas, trend atau gagasan tertentu. Misalnya, setelah kisah berita menggambarkan aksi terorisme, feature interpretatif mungkin mengkaji identitas, taktik
dan tujuan terotisme.

Berita memberikan gagasan bagi ribuan feature semacam ini. Setelah perampokan bank, feature interpretatif bisa saja menyajikan tentang latihan yang diberikan bank kepada pegawai untuk menangkal perampokan.
Atau yang mengungkap lebih jauh tipikal perampok bank, termasuk
peluang perampok bisa ditangkap dan dihukum.

6. Feature kiat (how-to-do-it feature)

Feature ini berkisah kepada pembacanya bagaimana melakukan sesuatu hal: bagaimana membeli rumah, menemukan pekerjaan, bertanam di kebun, mereparasi mobil atau mempererat tali perkawinan. Kisah seperti ini seringkali lebih pendek ketimbang jenis feature lain dan lebih sulit dalam penulisannya.

Reporter yang belum berpengalaman akan cenderung menceramahi atau
mendikte pembaca -- memberikan opini mereka sendiri -- bukannya
mewawancara sumber ahli dan memberikan advis detil dan faktual.

TEKNIK PENULISAN FEATURE

Jika dalam penulisan berita yang diutamakan ialah pengaturan
fakta-fakta, maka dalam penulisan feature kita dapat memakai teknik ''mengisahkan sebuah cerita''. Memang itulah kunci perbedaan antara berita ''keras'' (spot news) dan feature. Penulis feature pada hakikatnya adalah seorang yang berkisah.

Penulis melukis gambar dengan kata-kata: ia menghidupkan imajinasi pembaca; ia menarik pembaca agar masuk ke dalam cerita itu dengan membantunya mengidentifikasikan diri dengan tokoh utama.

Penulis feature untuk sebagian besar tetap menggunakan penulisan
jurnalistik dasar, karena ia tahu bahwa teknik-teknik itu sangat
efektif untuk berkomunikasi. Tapi bila ada aturan yang mengurangi
kelincahannya untuk mengisahkan suatu cerita, ia segera menerobos
aturan itu.

Konsep ''piramida terbalik'' sering ditinggalkan. Terutama bila urutan peristiwa sudah dengan sendirinya membentuk cerita yang baik.

Elemen Feature Terpenting: Deskripsi dan Narasi

LUKISKAN, BUKAN KATAKAN

Pernahkah Anda membaca sebuah tulisan dan sampai bertahun kemudian mengingat deskripsi dalam tulisan itu?

Kita umumnya terkesan pada sebuah tulisan yang mampu melukis secara kuat gambaran di dalam otak kita. Deskripsi yang kuat adalah alat yang digdaya bagi para penulis, apapun yang kita tulis: esai, artikel, feature, berita, cerpen, novel atau puisi.

Bagaimana cara belajar membuat deskripsi yang kuat dan hidup?

Cara terbaik untuk melakukannya adalah menerapkan konsep
"Show-Not-Tell" atau "Lukiskan, bukan Katakan". Ubahlah pernyataan yang kering dan kabur menjadi paragraf berisi ilustrasi memukau.

Perhatikan kalimat ini: "Nasib nenek itu sangat malang"

Kalimat "mengatakan/telling" itu bisa diubah menjadi paragraf
"melukiskan/showing" seperti ini:

**
Umurnya 60 tahun. Dia hidup sebatang kara. Para tetangganya,
orang-orang papa yang tinggal di gubuk kardus perkampungan liar-kumuh Kota Bandung, mengenalnya dengan nama sederhana: "Emak". Tidak ada yang tahu nama aslinya. Awal pekan ini, Emak ditemukan meninggal, tiga hari setelah para tetangganya melihatnya hidup terakhir kali. "Sejak Jumat pekan lalu, Emak tidak pernah kelihatan," kata seorang tetangganya. "Saat gubuknya dilongok, Emak sudah terbujur kaku di dalam."
**

Jika kita menggunakan konsep "Show Not Tell", paragraf-paragraf akan terbentuk secara alami, kuat, hidup dan mudah dikenang.

HINDARI KATA KETERANGAN/KATA SIFAT

Feature yang bagus memaparkan soal yang kongkret dan spesifik. Salah satu caranya adalah dengan menghindari kata-kata sifat seperti tinggi, kaya, cantik, dan kata tak tidak spesifik, cukup besar, lumayan heboh, keren abis.

''Kata sifat adalah musuh bebuyutan kata benda,'' kata pujangga
Prancis Voltaire.

Contoh:

1. Konser Peterpan itu heboh banget.

Konser Peterpan di Gelanggang Senayan dihadiri oleh 50.000 penonton. Tiket seharga Rp 200 sudah habis ludes sebulan sebelum pertunjukan. Penonton yang rata-rata siswa SMP dan SMA berdesak-desakan. Duapuluh orang pingsan, ketika para penonton berjingkrak mengikuti lagu "Ada Apa Denganmu".

2. Ahmad seorang petani miskin.

Ahmad tinggal bersama seorang istri dan anaknya di gubuk beratap
rumbia. Tiap hari mereka hanya bisa makan sekali, itupun nasi jagung tanpa lauk.

3. Mak Eroh marah besar.

"Pemerintah zalim!" kata Mak Eroh, istri seorang nelayan yang suaminya tak bisa ke laut karena kanaikan harga solar.*

STRUKTUR PENULISAN FEATURE

*Lead*

Mari kita tinggalkan difinisi apa itu feature dan kita langsung ke teknik penulisannya. Ini yang lebih penting. Kita tahu bahwa berita umumnya ditulis dengan teknik piramida terbalik dan harus memenuhi unsur 5 W + 1 H (what, who, why, when, where: apa, siapa, mengapa, kapan, di mana, bagaimana).

Untuk penerbitan berupa koran, susunan piramida terbalik ini penting karena jika terjadi pemotongan karena tak ada tempat, pemotongan langsung dilakukan dari bagian belakang. Ini berarti lead berita itu pastilah yang terpenting dari isi berita itu sendiri. Ini harus memikat, tanpa itu berita tak menarik perhatian. Feature hampir sama dalam masalah lead, artinya harus memikat.

Tetapi feature tidak tunduk pada ketentuan piramida terbalik. Feature ditulis dengan teknik lead, tubuh dan ending (penutup). Penutup sebuah feature hampir sama pentingnya dengan lead. Mungkin di sana ada kesimpulan atau ada celetukan yang menggoda, atau ada sindiran dan sebagainya. Karena itu kalau memotong tulisan feature, tak bisa main gampang mengambil paling akhir.

Semua bagian dalam fetaure itu penting. Namun yang terpenting memang lead, karena di sanalah pembuka jalan. Gagal dalam menuliskan lead pembaca bisa tidak meneruskan membaca. Gagal berarti kehilangan daya pikat. Di sini penulis feature harus pandai betul menggunakan kalimatnya. Bahasa harus rapi dan terjaga bagus dan cara memancing itu haruslah jitu.Tak ada teori yang baku bagaimana menulis lead sebuah feature. Semuanya berdasarkan pengalaman dan juga perkembangan. Namun, sebagai garis besar beberapa contoh lead saya sebutkan di sini:

Lead Ringkasan:
--------------
Lead ini hampir sama saja dengan berita biasa, yang ditulis adalah inti ceritanya. Banyak penulis feature menulis lead gaya ini karena gampang.

Misal:
Walaupun dengan tangan buntung, Pak Saleh sama sekali tak merasa
rendah diri bekerja sebagai tukang parkir di depan kampus itu.

Pembaca sudah bisa menebak, yang mau ditulis adalah tukang parkir
bernama Pak Saleh yang cacat. Yang berminat bisa meneruskan membaca, yang tak berminat -- apalagi sebelumnya tak ada berita tentang Pak Saleh itu -- bisa melewatkan begitu saja.

Lead Bercerita:
--------------
Lead ini menciptakan suatu suasana dan membenamkan pembaca seperti ikut jadi tokohnya.

Misal:
Anggota Reserse itu melihat dengan tajam ke arah senjata lelaki di depannya. Secepat kilat ia meloncat ke samping dan mendepak senjata lawannya sambil menembakkan pistolnya. Dor... Preman itu tergeletak sementara banyak orang tercengang ketakutan menyaksi kan adegan yang sekejap itu .....

Pembaca masih bertanya apa yang terjadi. Padahal feature itu bercerita tentang operasi pembersihan preman-preman yang selama ini mengacau lingkungan pemukiman itu.

Lead Deskriptif:
---------------
Lead ini menceritakan gambaran dalam pembaca tentang suatu tokoh atau suatu kejadian. Biasanya disenangi oleh penulis yang hendak menulis profil seseorang.

Misal:
Keringat mengucur di muka lelaki tua yang tangannya buntung itu,
sementara pemilik kendaraan merelakan uang kembalinya yang hanya dua ratus rupiah. Namun lelaki itu tetap saja merogoh saku dengan tangan kirinya yang normal, mengambil dua koin ratusan. Pak Saleh, tukang parkir yang bertangan sebelah itu, tak ingin dikasihani .....

Pembaca mudah terhanyut oleh lead begini, apalagi penulisnya ingin membuat kisah Pak Saleh yang penuh warna.

Lead Kutipan:
------------
Lead ini bisa menarik jika kutipannya harus memusatkan diri pada inti cerita berikutnya. Dan tidak klise.

Misal:
"Saya lebih baik tetap tinggal di penjara, dibandingkan bebas dengan pengampunan. Apanya yang diampuni, saya kan tak pernah bersalah," kata Sri Bintang Pamungkas ketika akan dibebaskan dari LP Cipinang. Walau begitu, Sri Bintang toh mau juga keluar penjara dijemput anak-istri.... dan seterusnya.

Pembaca kemudian digiring pada kasus pembebasan tapol sebagai tekad pemerintahan yang baru. Hati-hati dengan kutipan klise.

Contoh:
"Pembangunan itu perlu untuk mensejahterakan rakyat dan hasil-hasilnya sudah kita lihat bersama," kata Menteri X di depan masa yang melimpah ruah. Pembaca sulit terpikat padahal bisa jadi yang mau ditulis adalah sebuah feature tentang keterlibatan masyarakat dalam pembangunan yangagak unik.

Lead Pertanyaan:
---------------
Lead ini menantang rasa ingin tahu pembaca, asal dipergunakan dengan tepat dan pertanyaannya wajar saja. Lead begini sebaiknya satu alinea dan satu kalimat, dan kalimat berikutnya sudah alinea baru.

Misal:
Untuk apa mahasiswa dilatih jurnalistik? Memang ada yang sinis dengan Pekan Jurnalistik Mahasiswa yang diadakan ini. Soalnya, penerbitan pers di kampus ini tak bisa lagi mengikuti kaidah-kaidah jurnalistik karena terlalu banyaknya batasan-batasan dan larangan ....

Pembaca kemudian disuguhi feature soal bagaimana kehidupan pers kampus di sebuah perguruan tinggi.

Lead Menuding:
-------------
Lead ini berusaha berkomunikasi langsung dengan pembaca dan
ciri-cirinya adalah ada kata "Anda" atau "Saudara". Pembaca sengaja dibawa untuk menjadi bagian cerita, walau pembaca itu tidak terlibat pada persoalan.

Misal:
Saudara mengira sudah menjadi orang yang baik di negeri ini. Padahal, belum tentu. Pernahkah Saudara menggunakan jembatan penyeberangan kalau melintas di jalan? Pernahkah Saudara naik ke bus kota dari pintu depan dan tertib keluar dari pintu belakang? Mungkin tak pernah sama sekali. Saudara tergolong punya disiplin yang, maaf, sangat kurang.

Pembaca masih penasaran feature ini mau bicara apa. Ternyata yang
disoroti adalah kampanye disiplin nasional.

Lead Penggoda:
-------------
Lead ini hanya sekadar menggoda dengan sedikit bergurau. Tujuannya untuk menggaet pembaca agar secara tidak sadar dijebak ke baris berikutnya. Lead ini juga tidak memberi tahu, cerita apa yang disuguhkan karena masih teka-teki.

Misal:
Kampanye menulis surat di masa pemerintahan Presiden Soeharto ternyata berhasil baik dan membekas sampai saat ini. Bukan saja anak-anak sekolah yang gemar menulis surat, tetapi juga para pejabat tinggi di masa itu keranjingan menulis surat.

Nah, sampai di sini pembaca masih sulit menebak, tulisan apa ini?

Alinea berikutnya:
-----------------
Kini, ada surat yang membekas dan menimbulkan masalah bagi rakyat
kecil. Yakni, surat sakti Menteri PU kepada Gubernur DKI agar putra Soeharto, Sigit, diajak berkongsi untuk menangani PDAM DKI Jakarta. Ternyata bukannya menyetor uang tetapi mengambil uang setoran PDAM dalam jumlah milyaran.... dan seterusnya.

Pembaca mulai menebak-nebak, ini pasti feature yang bercerita tentang kasus PDAM DKI Jaya. Tetapi, apa isi feature itu, apakah kasus kolusinya, kesulitan air atau tarifnya, masih teka-teki dan itu dijabarkan dalam alinea berikutnya.

Lead Nyentrik:
-------------
Lead ini nyentrik, ekstrim, bisa berbentuk puisi atau sepotong
kata-kata pendek. Hanya baik jika seluruh cerita bergaya lincah dan hidup cara penyajiannya.

Misal:
Reformasi total.
Mundur. Sidang Istimewa.
Tegakkan hukum.
Hapus KKN.

Teriakan itu bersahut-sahutan dari sejumlah mahasiswa di halaman
gedung DPR/MPR untuk menyampaikan aspirasi rakyat .... dst....

Pembaca digiring ke persoalan bagaimana tuntutan reformasi yang
disampaikan mahasiswa.

Lead Gabungan:
-------------
Ini adalah gabungan dari beberapa jenis lead tadi.

Misal:
"Saya tak pernah mempersoalkan kedudukan. Kalau memang mau diganti, ya, diganti," kata Menteri Sosial sambil berjalan menuju mobilnya serta memperbaiki kerudungnya. Ia tetap tersenyum cerah sambil menolak menjawab pertanyaan wartawan. Ketika hendak menutup pintu mobilnya, Menteri berkata pendek: "Bapak saya sehat kok, keluarga kami semua sehat...."

Ini gabungan lead kutipan dan deskriptif. Dan lead apa pun bisa
digabung-gabungkan.

*Batang Tubuh*

Setelah tahu bagaimana lead yang baik untuk feature, tiba saatnya
berkisah menulis batang tubuh. Yang pertama diperhatikan adalah fokus cerita jangan sampai menyimpang. Buatlah kronologis, berurutan dengan kalimat sederhana dan pendek-pendek.

Deskripsi, baik untuk suasana maupun orang (profil), mutlak untuk
pemanis sebuah feature. Kalau dalam berita, cukup begini: Pak Saleh mendapat penghargaan sebagai tukang parkir teladan. Paling hanya dijelaskan sedikit soal Pak Saleh. Tapi dalam feature, saudara dituntut lebih banyak. Profil lengkap Pak Saleh diperlukan, agar orang bisa membayangkan.

Tapi tak bisa dijejal begini:
Pak Saleh, tukang parkir di depan kampus itu, yang tangan kanannya buntung, umurnya 50 tahun, anaknya 9, rumahnya di Depok, dapat penghargaan. Data harus dipecah-pecah. Alenia pertama cukup ditulis: Pak saleh, 50 tahun, dapat penghargaan. Lalu jelaskan dari siapa penghargaan itu dan apa sebabnya. Pak Saleh yang tangannya buntung itu merasakan cukup haru, ketika Wali Kota....

Di bagian lain disebut: "Saya tidak mengharapkan," kata lelaki dengan 9 anak yang tinggal di Depok ini. Dan seterusnya.Anekdot perlu untuk sebuah feature. Tapi jangan mengada-ada dan dibikin-bikin. Dan kutipan ucapan juga penting, agar pembaca tidak jenuh dengan suatu reportase.

Detil penting tetapi harus tahu kapan terinci betul dan kapan tidak. Preman itu tertembak dalam jarak 5 meter lebih 35 centi 6
melimeter..., apa pentingnya itu? Sebut saja sekitar 5 meter. Tapi, gol kemenangan Persebaya dicetak pada menit ke 43, ini penting. Tak bisa disebut sekitar menit ke 45, karena menit 45 sudah setengah main.

Dalam olahraga sepakbola, menit ke 43 beda jauh dengan menit ke 30. Bahkan dalam atletik, waktu 10.51 detik banyak bedanya dengan 10.24 detik.Ini sudah menyangkut bahasa jurnalistik, nanti ada pembahasan khusus soal ini.

*Ending*

Jika batang tubuh sudah selesai, tinggallah membuat penutup. Dalam berita tidak ada penutup. Untuk feature setidak-tidaknya ada empat jenis penutup.

Penutup Ringkasan:
-----------------
Sifatnya merangkum kembali cerita-cerita yang lepas untuk mengacu
kembali ke intro awal atau lead.

Penutup Penyengat:
-----------------
Membuat pembaca kaget karena sama sekali tak diduga-duga. Seperti
kisah detektif saja. Misalnya, menulis feature tentang bandit yang berhasil ditangkap setelah melawan. Kisah sudah panjang dan seru, pujian untuk petugas sudah datang, dan bandit itu pun sudah menghuni sel. Tapi, ending feature adalah: Esok harinya, bandit itu telah kabur kembali. Ending ini disimpan sejak tadi.

Penutup Klimak:
--------------
Ini penutup biasa karena cerita yang disusun tadi sudah kronologis. Jadi penyelesaiannya jelas. Di masa lalu, ada kegemaran menulis ending yang singkat dengan satu kata saja: Semoga. Sekarang hal seperti ini menjadi tertawaan. Ini sebuah bukti bahwa setiap masa ada kekhasannya.

Penutup tanpa Penyelesaian:
--------------------------
Cerita berakhir dengan mengambang. Ini bisa taktik penulis agar
pembaca merenung dan mengambil kesimpulan sendiri, tetapi bisa pula masalah yang ditulis memang menggantung, masih ada kelanjutan, tapi tak pasti kapan.

SELESAI

taken from:http://www.pena.co.id/?q=node/190
Baca Selengkapnya...!